Minggu, 30 November 2008

Pipis Lewat Ekor ?

Sambil senyum-senyum membaca artikel ini, teringat dengan anak saya yang masih < 2 tahun. Mungkin bisa menambah khazanah, untuk kesehatan keluarga.

+++++++++

BUNDA, kalau girls kayak aku pipisnya kok nggak lewat ekor? Boyboy kayak Davi kan pipisnya lewat ekor? Itu tuh, ekor yang ada di depan. Kelihatan kalau Davi berdiri," ungkap Salsa kepada Ny Vini.

NY Vini (27) yang sedang asyik menonton televisi sontak tercengang mendapat pertanyaan tak terduga itu. Tapi di detik berikut ibu muda ini tak kuasa menawan tawa setelah menyadari maksud Salsa.

Rupanya, Salsa yang baru tiga tahun mengira penis anak laki-laki adalah ekor seperti yang terdapat pada binatang yang biasa dilihat anaknya di beberapa buku bergambar.

Malam sebelumnya, Ny Vini juga menerima pertanyaan tidak biasa dari Davi. Setelah melihat tayangan iklan kondom rasa stroberi, pisang, dan melon di sela acara televisi, Davi yang berusia empat tahun langsung minta dibelikan. Entah dari mana sumbernya, ternyata Davi mendapat informasibahwa  kondom adalah sejenis permen rasa buah-buahan.

"Terus terang, saya sering kaget kalau anak-anak nanya tentang seks. Apalagi kalau perilaku mereka nyerempet masalah seks. Bingung mau dijelaskan seperti apa. Gimana cara menjelaskannya? Lagipula, apa balita sudah perlu dan boleh mendengar penjelasan tentang seks?" tutur Vini setengah bertanya.

Vini mengaku, kondisi akan menjadi dilematis jika mereka tidak menjawab atau tidak memberi pengarahan terkait pertanyaanpertanyaan itu. Anak-anak akan mencari informasi dan pemahaman sendiri tentang seks. "Ini bisa runyam," ujarnya. "Kini berbagai informasi begitu mudah didapat karena media informasi melalui majalah maupun internet sudah bisa dengan gampang diakses siapa pun."

Alva Handayani dan Aam Amiruddin melalui buku Anak Anda Bertanya Seks? (Khazanah Intelektual, Oktober 2008) mengatakan, ada perbedaan pendapat di kalangan para ahli tentang perlunya memberi pengetahuan seks kepada anak sejak dini.

Mereka yang pro menyatakan pendidikan seks diberikan sejak dini  bisa menghindarkan anak dari eksperimen seksual salah, membentengi informasi seksualitas dari sumber yang tak bisa dipertanggungjawabkan.

Namun, kalangan yang kontra menilai seksualitas adalah sesuatu yang natural. Anak-anak bisa belajar secara natural sesuai tingkat kematangan anak. Memberi pendidikan seks sejak dini sama artinya memberi pengetahuan yang belum siap diterima anak-anak.

Tapi dalam kenyataannya, banyak orangtua kewalahan menjawab pertanyaan spontan terkait masalah seksualitas dari balita mereka. Berusaha menghindari menjawab pertanyaan jelas bukan tindakan bijaksana. Tapi menjawabnya juga sangat membingungkan.

"Kalau sudah begini, apa masih perlu kita memperdebatkan penting dan tidaknya pendidikan seks? Kita harus mulai menyadari bahwa pendidikan seks bukanlah suatu yang harus diperdebatkan. Pendidikan seks adalah sebuah kewajiban yang harus diberikan setiap orangtua kepada anak-anaknya," tegas Alva dan Aam Amiruddin. (ricky reynald yulman)

Orang Tua Adalah Guru yang Utama
SIAPA
yang sebaiknya memberikan jawaban jika anak mulai bertanya tentang masalah seksual? Menurut Alva Handayani dan Aam Amiruddin dalam bukunya, Anak Anda Bertanya Seks?, mengatakan yang paling berhak dan wajib menjawab adalah orang tua.

"Jika saat ini Anda telah menetapkan diri untuk memainkan peran dan tanggungjawa paling besar untuk memberikan pendidikan seks pada anak-anak, Anda sudah melakukan langkah awal yang tepat!"

Langkah berikut yang perlu dilakukan adalah menentukan target pendidikan seks, dan mengetahui cara pendekatan anak sesuai usianya.

Jangan lupa tanamkan sikap dan nilai positif tentang seks. Sikapi dengan serius ketika anak mulai penasaran tentang seks.

Langkah penting lain yaitu mengetahui aturan main, mengetahui kemungkinan pertanyaan, dan alternatif jawaban. Kenali pula tingkah laku menyimpang jika itu ada. Konsultasilah dengan ahli jika diperlukan.

Psikolog Dra Ieda Poernomo Sigit mengungkap untuk menjadi sumber utama informasi tentang seks bagi anak-anak, orangtua harus mencari informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber. Termasuk mengikuti perbincangan di tengah masyarakat sehingga mereka bisa memperoleh gambaran kondisi dan situasi.

"Kalau ada kendala lain segera konsultasikan masalahnya dengan para ahli jiwa. Setelah itu boleh kita bisa membuat rambu-rambu yang harus dituruti anak. Tapi jangan sekedar melarang. Harus ada penjelasan yang bisa diterima anak sesuai perkembangan usia mereka," tandas Ieda yang juga penulis buku-buku psikologi ini. (ricky reynald yulman)

Aman Tanpa Detail
HARUS
diakui, bukan hal mudah memberikan penjelasan terkait masalah seksual ketika anak mulai bertanya soal itu. Memberikan jawaban segamblangnya bukan tindakan tepat. Tapi memberikan jawaban yang tak benar juga sesuatu yang keliru.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menjelaskan dengan metode analogi. Tapi, ini pun harus dilakukan secara benar.  Kupaslah analogi yang dipakai dengan logika yang tepat.

Cara lainnya yang jauh lebih mudah adalah menjelaskan apa adanya tanpa menyebutkan detail. Cara ini tak akan menyesatkan, namun tetap aman karena yang dijelaskan hanyalah garis besarnya.

Satu hal yang perlu diingat adalah anak hanya membutuhkan jawaban. Jawaban itulah yang akan membekas hingga anak dewasa.

Karena itulah memberi jawaban yang ngawur atau memberikan aneka mitos menakutkan dengan maksud agar anak berhenti bertanya, bukan sebuah tindakan bijaksana.
Hal penting lainnya, bersikaplah tenang dan wajar. Jangan jadikan proses bertanya sebagai sesuatu yang tabu. (arief permadi)

Manfaat Pendidikan Seks Dini
- Anak belajar menjaga diri dari tindak pelecehan seksual.
- Tidak tergoda melakukan perilaku penyimpangan seksual.
- Anak bisa memahami dengan benar fungsi organ seksual dari sumber informasi yang bisa dipertanggungjawabkan.
- Anak bisa menjaga dengan baik alat-alat reproduksi.
- Mengenali tahap-tahap perkembangan biologis mereka dari anakanak ke remaja, dan remaja ke dewasa.
- Bisa memilih lingkungan pergaulan yang sehat.
Sumber: ricky reynald yulman @ Tribun Jabar

Guru: Ada yang Hebat, ada yang Bejat & ada yang Melarat

Pada 25 November (kemarin) kita kembali memperingati hari guru, biasanya pada hari tersebut, di sekolah-sekolah diadakan acara peringatannya secara sederhana yang sering dijadikan sebagai hari ungkapan terima kasih anak didik kepada gurunya. Salah satu bentuk kegiatan hari guru antara lain adalah acara penyerahan bunga oleh anak didik kepada gurunya.

Selain itu, tidak banyak lagi acara lain dalam mengenang dan memperingati hari guru, kalaupun ada, tidak lebih dari seminar atau workshop, atau kegiatan sejenis yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi atau lembaga yang mempunyai kaitan dengan guru. Jarang sekali kebijakan atau keputusan pemerintah yang keluar dalam rangka hari guru yang bisa menjadi kado yang berharga bagi profesi guru. Rasanya belum ada terobosan hebat yang secara nyata bisa menjadikan guru sebagai profesi yang menggairahkan sehingga bisa menjadi pilihan.

Justru yang muncul adalah yang sebaliknya yaitu pernyataan yang selalu menyudutkan guru. Pernyataan yang muncul sering tidak lepas dari guru yang tidak profesional, guru yang tidak berkualitas, dan guru yang tidak kompeten, serta berbagai tudingan lainnya tanpa memberi solusi bagaimana agar guru bisa profesional, berkualitas, dan kompeten.

Memang sesudah munculnya kebijakan sertifikasi guru yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas guru agar mereka dapat menjalankan tugasnya lebih profesional. Sertifikasi tersebut memunculkan secercah harapan akan meningkatnya gengsi sebagai guru yang sekaligus meningkatnya kesejahteraan guru, serta munculnya figur-figur guru yang profesional dan berkualitas. Namun, harapan tersebut baru sekadar harapan, masih banyak guru yang tetap melarat, hidup dengan gaji seratusan ribu rupiah sebulan, hidup dengan gaji yang sering terlambat bahkan ada yang sampai berbulan-bulan gajinya tertunda. Kisah guru yang tidak digaji selama dua tahun, dan terus mengajar dengan segala minimnya fasilitas adalah fakta yang masih memperlihatkan pahit getirnya nasib guru, terutama guru honor yang bertugas di pedalaman dan mengajar di sekolah kecil.

Guru sering kali dituding sebagai tidak profesional dan tidak bermutu, tetapi sering kali orang tidak pernah berpikir bagaimana mereka akan bisa profesional dan meningkat kualitasnya jika minimnya fasilitas pembelajaran yang tersedia relatif terbatas, beban tugas yang berat, ditambah lagi dengan beban untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan gaji yang mereka terima, terutama bagi mereka yang masih berstatus guru honorer.  Salah satu yang memberatkan tugas mereka adalah sering seorang guru harus mengajar lebih dari satu mata pelajaran yang tidak jarang bukan merupakan inti dari pengetahuan yang dimilikinya, sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal. Namun, beban mereka yang lebih berat adalah ketidakmandiriannya sebagai guru sehingga sering diintervensi oleh berbagai kepentingan, termasuk intervensi dalam melakukan evaluasi keberhasilan siswa, menentukan kelulusan siswa, intervensi politik, serta intervensi kepentingan individu, golongan, atau kelompok tertentu. Berbagai intervensi ini membuat terganggu penyelenggaraan pembelajaran baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Apa yang dikeluhkan oleh Komunitas Air Mata Guru berupa intimidasi adalah contoh dari kentalnya intervensi sekaligus keprihatinan masih jauhnya dunia pendidikan kita dari kebenaran, kejujuran, dan keadilan.  Korupsi, kesewenang-wenangan, dan pelecehan martabat manusia masih sering dimenangkan terhadap keadilan, kejujuran, dan kebenaran.

Dalam kondisi yang tidak mendukung, kelebihan beban, dan kehidupan yang jauh dari lumayan, tentunya akan sangat sulit bagi para guru untuk meningkatkan kualitasnya dan menjadi guru yang profesional. Oleh karena itu, tidak jarang jika mereka ada yang tergoda untuk merendahkan profesi mulia yang disandangnya dengan mengomersialkannya, menjual nilai, menjual kelulusan, serta menjual harga diri. Jadi jika ada guru yang tetap setia kepada profesinya, masih mampu berprestasi dan menghasilkan siswasiswa berprestasi dengan gaji yang minim dan sering terlambat, serta sering berada dalam tekanan atasannya, birokrasi, dan politisi, tentulah guru demikian dapat dikategorikan sebagai guru perkasa yang patut diberi tanda jasa walau dikatakan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Guru seperti ini tentulah masih ada walaupun jumlahnya tidak seberapa. Segelintir di antaranya ada di pelosok desa, sebagiannya lagi terselip di tengah hingar bingar kota.

Persoalan yang paling memprihatinkan dari sebagian oknum guru kita adalah persoalan moral dan susila. yang beberapa tahun belakangan ini sering diberitakan, sehingga semakin mencoreng profesi guru. Beberapa di antaranya yang muncul di media massa antara lain adalah berita guru SD di Tapanuli Tengah melakukan oral seks disaksikan murid-murid lainnya. Sebelumnya kita juga membaca seorang guru SMA di Kota Binjai, malah memperkosa siswanya setelah sebelumnya dikabarkan juga seorang guru mengaji di Desa Sijenggung, Banjarnegara, Jawa Tengah, ditangkap karena memperkosa 11 anak didiknya. Berita lainnya yang juga pernah menghiasi media massa adalah ulah seorang oknum guru bantu di SDN Desa Sumberberas, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Guru yang merangkap sebagai pembina pramuka ini diciduk oleh anggota Polsek Muncar karena diduga mencabuli siswanya sendiri. Kasus perkosaan juga dilakukan oknum guru olahraga kepada siswanya di salah satu SD di Jalan Cempaka, Pekanbaru. Oknum guru tersebut pernah juga memperlihatkan foto-foto porno kepada muridnya saat mengajar.

Peristiwa memalukan lainnya adalah apa yang dilakukan oleh oknum guru di Banyuwangi yang melakukan perbuatan tidak senonoh dengan siswinya dan beredar secara sembunyi-sembunyi dalam bentuk rekaman video. Kejadian ini sama memalukannya dengan peristiwa di Makassar di mana aparat kepolisian membekuk seorang guru salah satu SMA swasta di Makassar yang tertangkap sedang mencabuli siswanya pada salah satu kamar wisma.

Daftar panjang perbuatan cabul guru semakin panjang dengan penangkapan yang dilakukan Satuan Reserse dan Kriminal Polres Metro Tangerang terhadap oknum guru pembimbing di salah satu SMK di Cimone, Kota Tangerang yang diduga melakukan perbuatan cabul terhadap seorang siswanya. Berita lainnya adalah ulah guru sekolah dasar di Lampung Timur yang menggerayangi lima siswinya saat pelajaran olah raga. Peristiwa pencabulan guru terhadap murid ini ternyata menyebar di berbagai wilayah di tanah air. Selain cerita di atas, terjadi juga di Cirebon dilakukan guru SD terhadap siswanya, di Tasikmalaya yang merupakan kasus asusila sesama jenis diduga dilakukan oknum guru terhadap belasan siswa SMA, di Serang oleh guru sanggar tari, di Bantul oleh seorang oknum kepala sekolah SMA, di Sidoarjo oleh guru honorer SDN terhadap murid lakilakinya. Selain itu, kasus serupa juga pernah terjadi di Lingga, Surabaya, Jakarta Selatan.

Apa yang mereka lakukan pastilah membuat dunia pendidikan tercemar, guru yang seharusnya menjadi panutan justru tega mencabuli, memperkosa, serta melakukan perbuatan maksiat dengan siswa yang seharusnya dilindunginya. Sungguh tidak dapat dibayangkan kualitas proses pembelajaran bagaimana yang dihasilkan dan tidak terbayangkan bagaimana mutu produk pendidikan kita dengan mutu guru demikian.

Ternyata, sungguh beragam tipe guru yang menjadi pendidik anak bangsa ini ada guru perkasa, ada yang suka memperkosa, ada pula yang selalu berlinang airmata. Ada pula guru yang hebat, guru yang galak, guru yang baik, guru yang lemah, guru yang suka disuap, guru yang berdedikasi terhadap pekerjaaannya, guru yang berjuang untuk hidupnya, guru yang tidak suka menjalankan profesinya, guru yang tidak bisa mengajar, guru yang bisanya hanya menghajar, ada lagi guru yang mudah tersinggung, guru matre, guru yang percaya pada murid-muridnya, guru yang disenangi muridnya, guru genit dan berbagai macam jenis guru lainnya.

Agar lebih tahu ragamnya guru, anda perlu tahu juga bahwa ada guru yang sifatnya tak perlu ditiru, memanfaatkan statusnya sebagai guru, merayu murid melampiaskan nafsu. Tentunya banyak guru yang tidak bermutu, mereka pasti enggan menambah ilmu, yang dipikirkannya adalah bagaimana menambah uang saku. Akan tetapi jangan membayangkan semua guru hidup makmur, untuk membeli buku mereka harus lembur, soalnya jika pulang ke rumah tak punya uang untuk dapur, bisa-bisa mereka akan kena gempur. Banyak juga guru yang harus bekerja luar biasa, mereka dari pagi hingga malam harus bekerja, untuk menambah gaji yang tak seberapa, ada yang mengajar di mana-mana, ada yang sambil menarik beca, ada pula yang menjadi agen dunia. Memang gaji guru tak seberapa besarnya, tapi itu pun masih sering disunat entah untuk apa, makanya namanya pun pahlawan tanpa tanda jasa.

Namun demikian bukan menjadi alasan untuk bisa berbuat semena-mena. Oleh karena itu, untuk guru yang jauh dari etika, moral, dan agama, serta tidak kompeten dalam bekerja, mungkin sebaiknya melepaskan saja profesinya sebagai pendidik generasi muda, karena jika dibiarkan berlama-lama akan membuat bangsa lebih binasa. Pahlawan tanpa tanda jasa pun tak pantas disematkan kepada mereka, karena mereka bukanlah pahlawan dan tak punya jasa. Namun untuk guru yang berhati mulia, yang menjalankan tugasnya dengan sepenuh cinta, yang tidak pernah menuntut balasan dari anak didiknya, yang mencintai profesinya, rasanya pantaslah setidaknya kita berucap terima kasih pada mereka.

Mungkin ucapan kita yang tulus, bisa membuat mereka lebih bersemangat dalam menjalani profesinya dan bisa mengingatkan mereka bahwa betapa mulianya pekerjaan mereka, betapa profesi mereka adalah sesuatu yang nyata yang dapat memperbaiki keterbelakangan negara kita. Semoga hidup yang lebih baik segera menghampiri mereka. Pahlawan Tanpa Tanda Jasa rasanya terlalu kecil sebagai julukannya, karena sungguh besar jasa yang telah diberikannya.


Sumber: Zulkarnain Lubis / WASPADA ONLINE


Penulis adalah Kepala SMA Negeri Plus Mandailing Natal, Mantan Rektor UMA dan Dosen Pasca Sarjana UMA/USU/UNIMED

Guru: Ada yang Hebat, ada yang Bejat & ada yang Melarat

Pada 25 November (kemarin) kita kembali memperingati hari guru, biasanya pada hari tersebut, di sekolah-sekolah diadakan acara peringatannya secara sederhana yang sering dijadikan sebagai hari ungkapan terima kasih anak didik kepada gurunya. Salah satu bentuk kegiatan hari guru antara lain adalah acara penyerahan bunga oleh anak didik kepada gurunya.

Selain itu, tidak banyak lagi acara lain dalam mengenang dan memperingati hari guru, kalaupun ada, tidak lebih dari seminar atau workshop, atau kegiatan sejenis yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi atau lembaga yang mempunyai kaitan dengan guru. Jarang sekali kebijakan atau keputusan pemerintah yang keluar dalam rangka hari guru yang bisa menjadi kado yang berharga bagi profesi guru. Rasanya belum ada terobosan hebat yang secara nyata bisa menjadikan guru sebagai profesi yang menggairahkan sehingga bisa menjadi pilihan.

Justru yang muncul adalah yang sebaliknya yaitu pernyataan yang selalu menyudutkan guru. Pernyataan yang muncul sering tidak lepas dari guru yang tidak profesional, guru yang tidak berkualitas, dan guru yang tidak kompeten, serta berbagai tudingan lainnya tanpa memberi solusi bagaimana agar guru bisa profesional, berkualitas, dan kompeten.

Memang sesudah munculnya kebijakan sertifikasi guru yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas guru agar mereka dapat menjalankan tugasnya lebih profesional. Sertifikasi tersebut memunculkan secercah harapan akan meningkatnya gengsi sebagai guru yang sekaligus meningkatnya kesejahteraan guru, serta munculnya figur-figur guru yang profesional dan berkualitas. Namun, harapan tersebut baru sekadar harapan, masih banyak guru yang tetap melarat, hidup dengan gaji seratusan ribu rupiah sebulan, hidup dengan gaji yang sering terlambat bahkan ada yang sampai berbulan-bulan gajinya tertunda. Kisah guru yang tidak digaji selama dua tahun, dan terus mengajar dengan segala minimnya fasilitas adalah fakta yang masih memperlihatkan pahit getirnya nasib guru, terutama guru honor yang bertugas di pedalaman dan mengajar di sekolah kecil.

Guru sering kali dituding sebagai tidak profesional dan tidak bermutu, tetapi sering kali orang tidak pernah berpikir bagaimana mereka akan bisa profesional dan meningkat kualitasnya jika minimnya fasilitas pembelajaran yang tersedia relatif terbatas, beban tugas yang berat, ditambah lagi dengan beban untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan gaji yang mereka terima, terutama bagi mereka yang masih berstatus guru honorer.  Salah satu yang memberatkan tugas mereka adalah sering seorang guru harus mengajar lebih dari satu mata pelajaran yang tidak jarang bukan merupakan inti dari pengetahuan yang dimilikinya, sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal. Namun, beban mereka yang lebih berat adalah ketidakmandiriannya sebagai guru sehingga sering diintervensi oleh berbagai kepentingan, termasuk intervensi dalam melakukan evaluasi keberhasilan siswa, menentukan kelulusan siswa, intervensi politik, serta intervensi kepentingan individu, golongan, atau kelompok tertentu. Berbagai intervensi ini membuat terganggu penyelenggaraan pembelajaran baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Apa yang dikeluhkan oleh Komunitas Air Mata Guru berupa intimidasi adalah contoh dari kentalnya intervensi sekaligus keprihatinan masih jauhnya dunia pendidikan kita dari kebenaran, kejujuran, dan keadilan.  Korupsi, kesewenang-wenangan, dan pelecehan martabat manusia masih sering dimenangkan terhadap keadilan, kejujuran, dan kebenaran.

Dalam kondisi yang tidak mendukung, kelebihan beban, dan kehidupan yang jauh dari lumayan, tentunya akan sangat sulit bagi para guru untuk meningkatkan kualitasnya dan menjadi guru yang profesional. Oleh karena itu, tidak jarang jika mereka ada yang tergoda untuk merendahkan profesi mulia yang disandangnya dengan mengomersialkannya, menjual nilai, menjual kelulusan, serta menjual harga diri. Jadi jika ada guru yang tetap setia kepada profesinya, masih mampu berprestasi dan menghasilkan siswasiswa berprestasi dengan gaji yang minim dan sering terlambat, serta sering berada dalam tekanan atasannya, birokrasi, dan politisi, tentulah guru demikian dapat dikategorikan sebagai guru perkasa yang patut diberi tanda jasa walau dikatakan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Guru seperti ini tentulah masih ada walaupun jumlahnya tidak seberapa. Segelintir di antaranya ada di pelosok desa, sebagiannya lagi terselip di tengah hingar bingar kota.

Persoalan yang paling memprihatinkan dari sebagian oknum guru kita adalah persoalan moral dan susila. yang beberapa tahun belakangan ini sering diberitakan, sehingga semakin mencoreng profesi guru. Beberapa di antaranya yang muncul di media massa antara lain adalah berita guru SD di Tapanuli Tengah melakukan oral seks disaksikan murid-murid lainnya. Sebelumnya kita juga membaca seorang guru SMA di Kota Binjai, malah memperkosa siswanya setelah sebelumnya dikabarkan juga seorang guru mengaji di Desa Sijenggung, Banjarnegara, Jawa Tengah, ditangkap karena memperkosa 11 anak didiknya. Berita lainnya yang juga pernah menghiasi media massa adalah ulah seorang oknum guru bantu di SDN Desa Sumberberas, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Guru yang merangkap sebagai pembina pramuka ini diciduk oleh anggota Polsek Muncar karena diduga mencabuli siswanya sendiri. Kasus perkosaan juga dilakukan oknum guru olahraga kepada siswanya di salah satu SD di Jalan Cempaka, Pekanbaru. Oknum guru tersebut pernah juga memperlihatkan foto-foto porno kepada muridnya saat mengajar.

Peristiwa memalukan lainnya adalah apa yang dilakukan oleh oknum guru di Banyuwangi yang melakukan perbuatan tidak senonoh dengan siswinya dan beredar secara sembunyi-sembunyi dalam bentuk rekaman video. Kejadian ini sama memalukannya dengan peristiwa di Makassar di mana aparat kepolisian membekuk seorang guru salah satu SMA swasta di Makassar yang tertangkap sedang mencabuli siswanya pada salah satu kamar wisma.

Daftar panjang perbuatan cabul guru semakin panjang dengan penangkapan yang dilakukan Satuan Reserse dan Kriminal Polres Metro Tangerang terhadap oknum guru pembimbing di salah satu SMK di Cimone, Kota Tangerang yang diduga melakukan perbuatan cabul terhadap seorang siswanya. Berita lainnya adalah ulah guru sekolah dasar di Lampung Timur yang menggerayangi lima siswinya saat pelajaran olah raga. Peristiwa pencabulan guru terhadap murid ini ternyata menyebar di berbagai wilayah di tanah air. Selain cerita di atas, terjadi juga di Cirebon dilakukan guru SD terhadap siswanya, di Tasikmalaya yang merupakan kasus asusila sesama jenis diduga dilakukan oknum guru terhadap belasan siswa SMA, di Serang oleh guru sanggar tari, di Bantul oleh seorang oknum kepala sekolah SMA, di Sidoarjo oleh guru honorer SDN terhadap murid lakilakinya. Selain itu, kasus serupa juga pernah terjadi di Lingga, Surabaya, Jakarta Selatan.

Apa yang mereka lakukan pastilah membuat dunia pendidikan tercemar, guru yang seharusnya menjadi panutan justru tega mencabuli, memperkosa, serta melakukan perbuatan maksiat dengan siswa yang seharusnya dilindunginya. Sungguh tidak dapat dibayangkan kualitas proses pembelajaran bagaimana yang dihasilkan dan tidak terbayangkan bagaimana mutu produk pendidikan kita dengan mutu guru demikian.

Ternyata, sungguh beragam tipe guru yang menjadi pendidik anak bangsa ini ada guru perkasa, ada yang suka memperkosa, ada pula yang selalu berlinang airmata. Ada pula guru yang hebat, guru yang galak, guru yang baik, guru yang lemah, guru yang suka disuap, guru yang berdedikasi terhadap pekerjaaannya, guru yang berjuang untuk hidupnya, guru yang tidak suka menjalankan profesinya, guru yang tidak bisa mengajar, guru yang bisanya hanya menghajar, ada lagi guru yang mudah tersinggung, guru matre, guru yang percaya pada murid-muridnya, guru yang disenangi muridnya, guru genit dan berbagai macam jenis guru lainnya.

Agar lebih tahu ragamnya guru, anda perlu tahu juga bahwa ada guru yang sifatnya tak perlu ditiru, memanfaatkan statusnya sebagai guru, merayu murid melampiaskan nafsu. Tentunya banyak guru yang tidak bermutu, mereka pasti enggan menambah ilmu, yang dipikirkannya adalah bagaimana menambah uang saku. Akan tetapi jangan membayangkan semua guru hidup makmur, untuk membeli buku mereka harus lembur, soalnya jika pulang ke rumah tak punya uang untuk dapur, bisa-bisa mereka akan kena gempur. Banyak juga guru yang harus bekerja luar biasa, mereka dari pagi hingga malam harus bekerja, untuk menambah gaji yang tak seberapa, ada yang mengajar di mana-mana, ada yang sambil menarik beca, ada pula yang menjadi agen dunia. Memang gaji guru tak seberapa besarnya, tapi itu pun masih sering disunat entah untuk apa, makanya namanya pun pahlawan tanpa tanda jasa.

Namun demikian bukan menjadi alasan untuk bisa berbuat semena-mena. Oleh karena itu, untuk guru yang jauh dari etika, moral, dan agama, serta tidak kompeten dalam bekerja, mungkin sebaiknya melepaskan saja profesinya sebagai pendidik generasi muda, karena jika dibiarkan berlama-lama akan membuat bangsa lebih binasa. Pahlawan tanpa tanda jasa pun tak pantas disematkan kepada mereka, karena mereka bukanlah pahlawan dan tak punya jasa. Namun untuk guru yang berhati mulia, yang menjalankan tugasnya dengan sepenuh cinta, yang tidak pernah menuntut balasan dari anak didiknya, yang mencintai profesinya, rasanya pantaslah setidaknya kita berucap terima kasih pada mereka.

Mungkin ucapan kita yang tulus, bisa membuat mereka lebih bersemangat dalam menjalani profesinya dan bisa mengingatkan mereka bahwa betapa mulianya pekerjaan mereka, betapa profesi mereka adalah sesuatu yang nyata yang dapat memperbaiki keterbelakangan negara kita. Semoga hidup yang lebih baik segera menghampiri mereka. Pahlawan Tanpa Tanda Jasa rasanya terlalu kecil sebagai julukannya, karena sungguh besar jasa yang telah diberikannya.


Sumber: Zulkarnain Lubis / WASPADA ONLINE


Penulis adalah Kepala SMA Negeri Plus Mandailing Natal, Mantan Rektor UMA dan Dosen Pasca Sarjana UMA/USU/UNIMED

TENAGA PENDIDIKAN & WIRAUSAHA DI ABAD INFORMASI

Para rekan sekalian, terutama guru yg non PNS. Menambah penghasilan karena kebutuhan keluarga merupakan amal ibadah bagi kita semua. Nabi SAW sendiri dalam haditsnya mengungkapkan, bahwa berjuang untuk memenuhi kehidupan keluarga termasuk jihad di jalannya.

Abad Informasi (setelah masuk millennium III) mengubah beragam paradigma yang ada, tidak hanya metode dan teknologi pengajaran tetapi ikut di dalamnya gaya hidup, pola pikir bahkan sampai bidang ekonomi (khususnya kerja).

Sebelum perkembangan komputer dan internet, kita selalu berpikir pola kerja yang linear. Pola ini bercirikan: 1) kita butuh kerja tetap, 2) besar penghasilan setara dengan kerja keras, 3) kerja sebanding dengan waktu, 4) dibutuhkan modal besar untuk memulai usaha, 5) tempat/posisi/lokasi sangat mempengaruhi besar penghasilan.

Pola berpikir kerja yang linear ini tidak lagi bisa dianggap benar sepenuhnya setelah internet & telekomunikasi berkembang. Sebagian motivator wirausaha telah memberikan jawaban, meskipun kita masih membutuhkan pola lama, tetapi paradigma akan bergeser perlahan tapi pasti.

Berikut pergeseran itu:


  1. Tetap bekerja/berkarya lebih baik ketimbang pekerjaan tetap. Dalam arti kita membutuhkan pikiran, inovasi dan kreasi untuk menghadapi tantangan yang ada

  2. Kerja keras tidak setara dengan besar penghasilan. Kita butuh kerja cerdas. Contoh: seorang programmer komputer bisa menghasilkan gaji setahun PNS dengan kerja cerdasnya cuma 1 minggu. Bagi yang bukan programmer? Banyak jalan bisa ditempuh, Cth: pernahkah kita pikirkan, kenapa Kartu Perdana yg biasa cuma Rp. 15.000 bisa dijual 1,5 juta?

  3. Kerja tidak sebanding (linear) dengan waktu. Contoh: Pola lama menunjukkan, jika ngajar di 1 sekolah (20 jam) mendapatkan penghasilan 400rb, maka untuk 800rb mengajar menjadi 40 jam, di abad informasi tidak selalu berlaku lagi linearitas tsb.

  4. Untuk usaha tidak perlu modal yang besar. Modal utama yang paling penting adalah menguasai informasi dan me-manage-nya. Jika kita menguasai informasi, kita menguasai dunia, itulah prinsipnya di era informasi. Sebagian netter, blogger dan technopreneur mengandalkan kreativitas dan inovasi dalam me-manage informasi. Produk yang paling laku di abad informasi adalah informasi beserta turunannya.

  5. Usaha di abad informasi tidak butuh ruang dan lokasi khusus. Kita bisa membuat usaha di kamar kost, kamar tidur, rumah, bahkan garasi bila perlu (seperti pemilik www.google.com) di awalnya. Yang penting adalah jaringan dan keterhubungan kita dengan sumber informasi itu ada, always connect to the internet.


Jika pola baru ini telah dimiliki, satu yang penting adalah jaga kepercayaan. Jangan sesekali kecewakan customer anda. Sekali lancang ke Ujian, seumur hidup Orang tak percaya. Begitulah kata pepatah.

Insya Allah nanti dilanjut lagi.
Salam buat teman2 semua, maaf jika terganggu dengan postingan ini.


Quote to day: Berubahlah, atau tertinggal...

Jumat, 28 November 2008

Sedikit tentang Domain

Sedikit tentang Domain


Ketika suatu saat kita hendak mengakses suatu situs web tertentu, biasanya kita cukup mengetikkan alamat situs web tersebut pada browser, dan dalam beberapa saat, tampilan situs yang kita tuju akan segera terpampang pada layar monitor. Demikian pula saat kita saling berkirim email, yang kita butuhkan hanyalah sebuah alamat email untuk menentukan kemanakah pesan kita akan dilayangkan. Semua kemudahan itu tidak lepas dari peranan domain.

Sebenarnya, apa sih domain itu? Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai pengertian domain, kita perlu sedikit mengetahui tentang bagaimana sebuah host di lingkungan internet diakses. Internet terdiri dari jutaan komputer sebagai host yang tersebar di seluruh dunia yang kesemuanya saling berhubungan melalui suatu bentuk jaringan dengan hirarki tertentu. Host-host tersebut saling berkomunikasi melalui suatu protokol standar yang disebut TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol). Agar setiap komputer yang membentuk jaringan internet dapat berkomunikasi satu sama lain, maka masing-masing haruslah memiliki alamat tertentu. Alamat ini haruslah unik, jadi, tidak bolah ada dua host yang memiliki alamat yang sama.

Sistem pengalamatan yang digunakan berupa kombinasi 4 deret bilangan antara 0 s/d 255 yang masing-masing dipisahkan oleh tanda titik (.), mulai dari 0.0.0.1 hingga 255.255.255. 255. Deretan angka-angka ini dikenal sebagai alamat IP (IP address). Setiap host yang tersambung dalam jaringan internet harus memiliki alamat IP sebagai pengenal agar dapat bekomunikasi dengan host lain dalam jaringan. Pengalamatan berbasis IP ini memungkinkan internet mengalamati lebih dari 4 milyar host. Pada kenyataannya, tidak semua kombinasi alamat IP bisa dipergunakan. Ada beberapa kombinasi khusus yang dicadangkan untuk keperluan tertentu sehingga tidak boleh digunakan untuk keperluan pengalamatan, contohnya adalah IP 127.0.0.1 yang diperlukan untuk menunjuk (lookup) ke host lokal.

Walaupun secara teknis sistem pengalamatan berbasis IP ini cukup handal, tetapi ia masih memiliki kelemahan. Otak manusia umumnya tidak mudah untuk mengingat kombinasi angka dalam jumlah besar. Solusinya adalah mengasosiasikan nomor IP tersebut dalam kombinasi huruf yang membentuk sebuah nama yang mudah diingat. Nah, nama host sebagai pengenal di jaringan internet inilah yang kita sebut sebagai domain, sedangkan sistem pengalamatan berbasis domain dikenal sebagai Domain Name Service (DNS).

Penamaan Domain

Tentu saja untuk menamai sebuah host tidak bisa dilakukan secara sembarangan, Ada aturan-aturan teknis tertentu yang harus dipatuhi agar domain tersebut dapat dipandang sebagai domain yang valid. Pengalamatan berbasis domain menggunakan sistem berjenjang, mulai dari level paling atas (dikenal sebagai TLD, Top Level Domain), hingga jenjang di bawahnya. Ambil contoh situs web ini. Dari nama domainnya dapat dilihat bahwa alamat situs ini (http://dhani. singcat.com) merupakan subdomain dari domain Singcat yang bernaung dibawah TLD .com.

TLD .com (commercial) adalah suatu TLD internasional yang melingkupi host yang menangani aktifitas komersial. Selain itu, dikenal pula TLD .net (network) untuk jaringan, .org (organization) untuk organisasi lain-lain, .edu (educational) untuk lembaga pendidikan, .gov (government) untuk lembaga pemerintahan dan .mil (military) untuk kepentingan militer. Penetapan TLD internasional tersebut berada dalam wewenang ICANN (The Internet Corporation for Assigned Names and Numbers, www.icann.org), sebuah organisasi nirlaba internasional yang khusus menangani hal-hal yang berkaitan dengan alokasi IP di Internet, protokol-protokol yang digunakan, serta manajemen sistem penamaan berbasis domain. Sementara itu, pengelolaan TLD secara administratif merupakan wewenang dari IANA (Internet Assigned Numbers Authority, www.iana.org), yang juga merupakan sebuah organisasi nirlaba yang mengemban fungsi koordinasi global di internet.

Pada mulanya, TLD .com, .net, maupun .org, digunakan sesuai peruntukannnya, namun belakangan karena pemilikan domain dibawah TLD ini bersifat bebas dan menerapkan prosedur yang otomatis, maka peruntukannya cenderung diabaikan. Diantara seluruh TLD internasional tersebut, TLD .com merupakan TLD yang paling laris. Mungkin ini berhubungan dengan demam DotCom yang saat ini sedang melanda dunia sehingga setiap perusahaan akan merasa ketinggalan jaman apabila belum memiliki domain sendiri dibawah TLD .com.

Dewasa ini, pengguna TLD internasional, terutama "trio" .net, .com, dan .org, sudah sangat berjubel. Bagi calon pemilik domain baru, akan sulit sekali untuk menemukan baik kata, maupun singkatan yang belum terpakai. Karenanya ICANN menetapkan beberapa TLD baru, diantaranya .info, .news, .biz, .museum, .coop, .name, dan .aero.

TLD Lokal

Selain TLD internasional, kita juga mengenal TLD lokal yang mencakup suatu negara tertentu (dikenal sebagai Country Code Top Level Domain, ccTLD). Sebagai contoh, ccTLD untuk Inggris adalah .uk, Malaysia .my, dan India .in. Sebuah ccTLD ditetapkan oleh ICANN, namun pengelolaannya diserahkan kepada lembaga yang ditunjuk di negara bersangkutan. Indonesia sendiri memiliki ccTLD .id dan pengelolaannya diserahkan kepada IDNIC (www.idnic.net. id)

Sebagai lembaga otoritas yang mengatur penggunaaan ccTLD Indonesia, IDNIC menetapkan beberapa subdomain bagi ccTLD .id sesuai dengan peruntukannya masing-masing. Subdomain yang tersedia adalah .co.id (corporate, perusahaan), .net.id (network, jaringan atau ISP), .or.id (organization, organisasi lain-lain), go.id (government, lembaga pemerintahan) , .ac.id (academy, lembaga pendidikan), dan .mil.id (military, lembaga militer). Belakangan ditambahkan pula subdomain .sch.id (school, sekolahan), .web.id (situs pribadi) dan .war.net.id (untuk Warnet).

Berbeda dengan pemilikan TLD global yang relatif bebas, maka IDNIC menetapkan aturan-aturan yang ketat untuk penggunaan domain berbasis Indonesia. Tujuannya selain untuk mencegah penyalahgunaan, juga agar setiap domain hanya digunakan oleh mereka yang betul-betul berhak.

Beberapa negara termasuk beruntung karena memiliki ccTLD yang mudah diasosiasikan dengan istilah atau terminologi tertentu. Ambil contoh Tuvalu, sebuah negeri mungil ditengah samudera Pasifik. TLD .tv milik negara ini laris manis dikalangan pengelola stasiun televisi. Tidak heran, bahkan stasiun TV Indonesia, RCTI sampai merasa perlu meninggalkan domain rcti.co.id untuk berpindah ke domain rcti.tv. Nasib serupa dialami oleh Micronesia Prancis (French Micronesia) dimana domain .fm milik negara ini kondang dikalangan pengelola stasiun-stasiun radio. Tentu saja negara-negara bersangkutan dapat meraup devisa yang lumayan dari hasil berjualan domain ini.

Bagaimana dengan Indonesia? Walaupun ccTLD .id milik Indonesia dapat dengan mudah diasosiasikan dengan "identifikasi" atau "identitas" -- yang pasti akan menarik perhatian mereka yang menginginkan domain yang unik-namun setidaknya hingga saat ini, IDNIC masih belum berniat untuk menjual domain berbasis Indonesia kepada pihak-pihak, baik perusahaaan, organisasi, atau perorangan yang tidak memiliki kaitan dengan Indonesia.

Cybersquatter dan Domain Pelesetan

Untuk memiliki sebuah domain, maka kita haruslah mendaftar pada badan/lembaga/ perusahaan yang yang memiliki hak untuk menambahkan domain baru dibawah TLD yang sudah ada. Lembaga ini disebut dengan Registrar. Bergantung kepada jenis TLD yang kita inginkan, apakah global atau regional, kita bisa mendaftar kepada registrar yang sesuai. Registrar untuk TLD global ada cukup banyak dan mereka mematok harga yang cukup bervariasi, mulai dari dibawah USD 10 hingga yang termahal USD 35/domain/tahun, sedangkan TLD berbasis Indonesia sendiri dapat dibeli di situs IDNIC seharga Rp. 150.000,- /domain/tahun.

Proses registrasi akan memberikan akses ke control panel pada situs web registrar yang bersangkutan dimana pemilik domain dapat melakukan pengesetan lebih lanjut, terutama untuk mengaitkan domain miliknya dengan alamat IP host yang akan menggunakan domain tersebut.

Sepintas biaya yang harus dikeluarkan untuk sebuah domain relatif kecil, namun dalam kenyataannya hal yang sebaliknya bisa saja terjadi. Apa pasal? Sebagai suatu identitas di dunia maya, domain memiliki peran yang signifikan bagi pelaku bisnis. Setiap pemilik domain tentu berharap agar nama domain mereka berkorelasi dengan nama perusahaan atau produk yang hendak ditampilkan melalui media internet. Ini tentu tidak menjadi masalah apabila domain yang diincar tersebut memang belum ada yang memiliki. Tapi kalau sudah? Tentu hanya ada dua alternatif. Yang pertama, adalah mencari domain lain yang juga cocok (dan belum ada yang punya), dan alternatif kedua adalah dengan membeli domain tersebut dari pemiliknya, tentu saja dengan harga yang ia minta.

Kenyataan semacam ini membuat domain sering dimanfaatkan sebagai objek spekulasi yang menguntungkan. Para "spekulan domain" bekerja dengan modus membeli domain-domain tertentu untuk kemudian dianggurkan dengan harapan suatu saat ada pihak yang membutuhkan domain tersebut dan kemudian bersedia membeli dengan harga tinggi. Aktifitas ini dikenal sebagai cybersquatting, dan pelakunya biasa disebut cybersquatter.

Banyak cerita menarik yang berhubungan dengan aktifitas ini. Salah satu pihak yang pernah merasakan "dikerjai" cybersquatter adalah Digital Corp. Sebuah perusaan hardware ternama di AS. Bermula dari sebuah situs mesin pencari (search engine) yang dikembangkan oleh pihak digital. Entah karena masih percobaan atau kurang "pede" bersaing dengan situs mesin pencari lain yang sudah kondang, alamat situs mesin pencari-yang dinamai Altavista-tersebut hanya ditempatkan sebagai sebuah subdomain dari situs Digital. Belakangan ketika diluar dugaan mesin pencari ini menjadi aplikasi yang begitu populer, terbersit niat dikalangan para pengembangnya untuk membuatkan domain tersendiri untuk mesin pencari tersebut dengan domain altavista.com. Celakanya, domain tersebut ternyata sudah ada yang punya. Walhasil pihak Digital harus merogoh kocek hingga puluhan ribu USD untuk menebus domain ini dari tangan sang spekulan.

Peristiwa serupa dialami oleh Amien Rais. Ketua MPR-RI ini terpaksa urung menggunakan domain amienrais.com untuk situs pribadinya yang baru dibuka tahun 2002 lalu karena domain tersebut sudah keburu disambar orang lain. Entah berapa tebusan yang diminta oleh sipemilik domain atau mungkin pak Amien sendiri yang tidak mau repot sehingga ia lebih memilih menggunakan domain e-amienrais. com.

Kisah yang tak kalah serunya dialami oleh sebuah grup band kondang dari tanah air sekitar awal tahun 2002 lalu. Bermula ketika webmaster yang diserahi menjaga situsnya lupa meng-update domain yang sudah kadaluwarsa. Hal ini belakangan berakibat fatal karena domain yang sudah kadaluwarsa tersebut lantas diambil alih seorang cybersquatter asal Hongkong dan diarahkan ke … situs porno! Belakangan sang pemilik baru menawarkan untuk mengembalikan domain tersebut ke pemilik semula. Tentu saja tawaran ini tidak gratis. Tidak tanggung-tanggung ia memasang bandrol hingga USD 8000 untuk domain tersebut.

Tidak cuma kalangan bisnis dan selebritis (baik dari dunia hiburan maupun selebritis politik) yang dipusingkan oleh soal domain. Tidak kurang dari pengelola situs Gedung Putih (www.whitehouse. gov) juga direpotkan oleh hal yang sama. Persoalannya karena ada pihak tertentu yang membuka situs khusus dewasa dengan domain yang sama namun dibawah TLD berbeda dengan situs yang menampilkan salah satu simbol negara adikuasa tersebut.

Kasus serupa (tapi tak sama) juga pernah terjadi di Indonesia antara situs mustikaratu. com, situs resmi milik PT Mustika Ratu, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang obat-obatan tradisional, dengan mustika-ratu. com yang dimiliki oleh pihak lain. Kasus ini bahkan bergulir hingga ke pengadilan dan konon tercatat sebagai kasus hukum pertama yang berkaitan dengan penggunaan domain di Indonesia.

Namun kasus pemelesetan domain yang paling fatal terjadi sekitar pertengahan tahun 2001 lampau, menimpa sebuah situs internet banking (i-banking) milik sebuah bank papan atas di Indonesia. Kala itu seorang hacker, juga dari Indonesia, membuka sejumlah situs dengan domain yang mirip dengan situs bank bersangkutan. Berikutnya, dengan menjiplak isi situs asli ke dalam situs yang menggunakan domain pelesetan tersebut, sang hacker berhasil menjaring ratusan nomor PIN milik nasabah bank tersebut yang keliru melakukan transaksi i-banking di situs yang menggunakan domain pelesetan miliknya. Para nasabah ini masuk ke situs pelesetan tersebut karena salah mengetik alamat situs bank yang dituju. Untungnya, sang hacker tidak berniat buruk. Konon tindakan itu hanya dilakukannya untuk kegiatan penelitian. Begitu pula file yang menyimpan ratusan data nasabah, termasuk nomor PIN, yang terjaring telah dimusnahkan dan tidak sampai disalahgunakan.

Peristiwa spekulasi domain maupun pemelesetan sebuah domain yang telah dikenal publik seharusnya tidak sampai menimpa pemilik situs web berbasis Indonesia apabila mereka menggunakan TLD regional Indonesia. Ini dikarenakan ketatnya prosedur pendaftaran domain berbasis Indonesia sehingga sangat kecil kemungkinan adanya penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungawab. Tapi mungkin karena faktor gengsi atau dianggap lebih bonafid, sehingga banyak pihak yang memilih menggunakan domain global, dengan segala resiko dan konsekuensinya


Sumber: effendie at milis KGI

Kamis, 27 November 2008

Daftar 27 Kosmetik Berbahaya yang ditarik BPOM

Daftar 27 Kosmetik Berbahaya yang ditarik BPOM dari peredaran:





1. Doctor Kayama (Whitening Day Cream) diproduksi oleh CV. Estetika Karya Pratama, Jakarta mengandung merkuri.
2. Doctor Kayama (Whitening Night Cream) diproduksi oleh CV. Estetika Karya Pratama, Jakarta mengandung merkuri.
3. MRC Putri Salju Cream diproduksi oleh CV. Ngongoh Cosmetic, Bekasi mengandung retinoic acid.
4. MRC PS Crystal Cream diproduksi oleh CV. Ngongoh Cosmetic, Bekasi mengandung retinoic acid.
5. Blossom Day Cream, tak diketahui produsennya, mengandung Merkuri.
6. Blossom Night Cream, tak diketahui produsennya, mengandung Merkuri.
7. Cream Malam, distributor Lily Cosmetics, Yogyakarta mengandung Merkuri.
8. Day Cream Vitamin E Herbal diproduksi PT. Locos, Bandung mengandung Merkuri.
9. Locos Anti Flek Vit.E dan Herbal diproduksi PT. Locos, Bandung mengandung Merkuri.
10. Night Cream Vitamin E Herbal produksi PT Locos, Bandung mengandung Merkuri.
11. Kosmetik Ibu Sari Krim Siang, tidak ada produsennya, mengandung Merkuri.
12. Krim Malam, tidak ada produsennya, mengandung Merkuri.
13. Meei Yung (putih) diimpor dari Huang Zhou mengandung Merkuri.
14. Meei Yung (kuning) diimpor dari Huang Zhou mengandung Merkuri.
15. New Rody Special (putih) diimpor dari Shenzhen, China mengandung Merkuri.
16. New Rody Special (kuning) diimpor dari Shenzen, China mengandung Merkuri.
17. Shee Na Whitening Pearl Cream dari Atlie Cosmetic mengandung Merkuri
18. Aily Cake 2 in 1 Eye Shadow “01″, tidak ada produsennya, mengandung merah K.3.
19. Baolishi Eye Shadow diproduksi dari Baolishi Group Hongkong mengandung Rhodamin B (merah K.10).
20. Cameo Make Up Kit 3 in 1 Two Way Cake dan Multi Eye Shadow dan Blush dari Tailamei Cosmetic Industrial Company mengandung Rhodamin B.
21. Cressida Eye Shadow, tak ada produsennya, mengandung Rhodamin B.
22. KAI Eye Shadoq dan Blush On mengandung Rhodamin B.
23. Meixue Yizu Eye Shadow diproduksi oleh Meixue Cosmetic Co.Ltd mengandung Merah K.10.
24. Noubeier Blusher diproduksi oleh Taizhou Xhongcun Tianyuan mengandung Merah K 3.
25. Noubeier Blush On mengandung merah K 3 dan Rhodamin B.
26. Noubeier Pro-make up Blusher No.5 diproduksi oleh Taizhou Zhongcun Tianyuan Daily-Use Chemivals Co Ltd mengandung merah K3.
27. Sutsyu Eye Shadow diproduksi oleh Sutsyu Corp Tokyo mengandung Merah K3.

Sumber: kompas.com by Afatih





DERET ARITMATIKA DALAM QUR'AN & STRUKTUR KOGNITIF

DERET ARITMATIKA & STRUKTUR KOGNITIF PENGHAFAL AL QUR'AN

Salam wr wb

Pasti dapat dipastikan, hampir semua muslim dewasa hafal yang namanya surah al Fatihah kecuali (sebagian kecil saja) yang belum hafal. Bacaan surah al Fatihah merupakan kewajiban dalam tiap rakaat sholat yang dilakukan baik wajib maupun sunnah.

Namun ada yang menarik, ternyata dalam penghafalan ayat-ayat al Qur'an terdapat fenomena matematika di dalamnya, khususnya Deret Aritmatika. Dalam tulisan ini akan diuraikan satu contoh saja, yakni Penghafalan Surah Al Fatihah.

  1. بِسْÙ…ِ اللّٰÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…ٰÙ†ِ الرَّØ­ِÙŠْÙ…ِ
  2. اَÙ„ْØ­َÙ…ْدُ Ù„ِÙ„ّٰÙ‡ِ رَبِّ الْعٰÙ„َÙ…ِÙŠْÙ†َ
  3. الرَّØ­ْÙ…ٰÙ†ِ الرَّØ­ِÙŠْÙ…ِ
  4. Ù…ٰÙ„ِÙƒِ ÙŠَÙˆْÙ…ِ الدِّÙŠْÙ†ِ
  5. اِÙŠَّاكَ Ù†َعْبُدُ ÙˆَاِÙŠَّاكَ Ù†َسْتَعِÙŠْÙ†ُ
  6. اِÚ¾ْدِÙ†َا الصِّرَاطَ الْÙ…ُسْتَـقِÙŠْÙ…َ
  7. صِرَاطَ الَّذِÙŠۡÙ†َ اَÙ†ۡعَÙ…ۡتَ عَÙ„َÙŠۡÙ‡ِÙ…ۡ ۙ غَÙŠۡرِ الۡÙ…َغۡضُÙˆۡبِ عَÙ„َÙŠۡÙ‡ِÙ…ۡ ÙˆَÙ„َا الضَّآÙ„ِّÙŠۡÙ†َ

terdapat 7 ayat dalam surah tersebut.

Misalkan seseorang dapat menghafal 1 ayat sekali baca dan secara umum orang menghafal ayat al Qur'an mengikuti langkah berikut:

  • Baca ayat ke-1, hafal,
  • Baca ayat ke-2, hafal,
  • Ulangi hafal ayat 1 dan 2
  • Baca ayat ke-3, hafal,
  • Ulangi hafal ayat 1, 2 dan 3
  • Baca ayat ke-4, hafal,
  • Ulangi hafal ayat 1, 2 dan 3
  • ...
  • ... 
  • Ulangi hafal ayat 1, 2, 4, 5, 6, dan 7

Jika dibuat dalam bentuk deret banyaknya ayat yang dibaca dalam proses penghafalan, maka diperoleh tampilan:

Urutan ayat yg dibaca (ayat ke .... + ayat ke ... )

1  = 1x (ayat 1 dibaca 1x)
1 + 2 = 2x (ayat 1 dibaca 2x)
1 + 2 + 3 = 3x
1 + 2 + 3 + 4 = 4x 
1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 5x 
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 = 6x
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 = 7x (ayat 1 dibaca 7x)


Jika dibuat ilustrasi, maka bentuknya seperti susunan bata di atas.

Simpulan perulangan:
Ayat 1 = diulang 7x
Ayat 2 = diulang 6x
...
Ayat 7 = diulang 1x


Total = 7 + 6 + 5 + 4 + 3 + 2 + 1

Sudah nampak kan deretnya?
Rumus Deret Aritmatika dinyatakan dengan:


Dari total deret di atas, 
a = 7
b = -1, 
n = 7, 

S7 = 7/2 {14 - 6}
S7 = 28
Jadi, jika seseorang yang menghafal surah al Fatihah dan sekali baca langsung hafal tiap ayatnya, maka saat menghafal 7 ayat, berarti dia telah membaca 28 ayat dalam penghafalannya.   

Bagaimana jika dia berulang2 baru dapat menghafalnya, tinggal kalikan saja, jika 5x baca tiap ayatnya, maka semuanya dikalikan 5, yakni menjadi 5x 28 = 140 ayat.

Dari sini maka terbentuk struktur kognitif si penghafal ayat Qur'an yang rapi, makanya para penghafal al Qur'an itu umumnya cerdas-cerdas apalagi jika dilakukan saat masih kecil bahkan bayi.


Ilustrasi di atas menunjukkan kompleksnya kemampuan manusia dalam berpikir, namun jika tersusun rapi (seperti deret) maka terlihat indah. 

Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. kognisi mengacu pada seluruh proses di mana input sensorik diubah, dikurangi, dimaknai, disimpan, diambil kembali, dan digunakan. Neisser (1967). Komponen kognitif menurut Aries (2012), terdapat beberapa komponen kognitif yang terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek dan sikap tertentu, yaitu berupa fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang objek. 

Pada dasarnya proses berfikir manusia sama halnya seperti proses kerja komputer yang terdiri dari 3 tahap, yaitu : 
  1. Input: untuk memasukan informasi yang ditangkap oleh panca  indera. 
  2. Storage: yaitu pemerosesan informasi melalui otak. 
  3. Output: pengeluaran informasi yang telah diolah berupa ide atau  perilaku. 


Semoga bermanfaat
Wallahu a'lam

Pendidikan-Pengajaran dan Kebudayaan : Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan

Ketika buka2 folder di komputer, ternyata makalah2 dan tugas2 masih ada. langsung aja saya sharing, mungkin bisa bermanfaat. Jangan lupa, kalo ngutip tulisan ini, silakan cantumkan sumber dan link-nya. Beikut ini salah satu Book Report (tugas sejenis bedah buku).

BAB I PENDAHULUAN


1.1. Bibiliografi


Nama Pengarang : Ali Saifullah

Judul : Pendidikan-Pengajaran dan Kebudayaan : Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan.

126 hal.; 14 cm x 21 cm

Termasuk Referensi Bibliograpi.

Cetakan Pertama, 1982

Penerbit : Usaha Nasional-Surabaya

Saifullah, Ali. (1982). Pendidikan-Pengajaran dan Kebudayaan : Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan, Surabaya : Usaha Nasional.

1.2. Deskripsi Ringkas Isi Buku


Sesuai dengan judul buku ini, penulis memaparkan hubungan budaya dan pendidikan. Termasuk didalam buku ini dibahas posisi agama dalam kebudayaan dan pendidikan serta pengajaran. Buku ini terdiri dari TUJUH BAB, diawali Asas-Asas Pendidikan yang menjelaskan keberadaan manusia sebagai makhluk budaya berbeda dengan hewan, menerangkan sejajarnya perkembangan pendidikan dan kebudayaan serta kesetaraan pendidikan formal dan informal yang harus disikapi dengan seimbang. Pada Bab II penulis memaparkan beberapa definisi para tokoh, yaitu Taylor, Butts dan Ki Hajar Dewantara, di sini diterangkan hubungan budaya dan agama serta perbedaan kebudayaan dan tradisi.

Pokok telaah buku ini tertuang pada Bab III yang menjelaskan aspek-aspek pendidikan sebagai gejala kebudayaan, dimulai dari definisi pendidikan sebagai tingkah laku sampai pembentukan jiwa nasionalisme pada manusia. Pada bab selanjutnya menerangkan sifat normatif pendidikan yang diperkuat pada bab dasar dan ajar. Pada Bab VI dijelaskan 5 faktor dalam pendidikan, kelima faktor ini saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Di akhir buku dijelaskan pentingnya lembaga pendidikan yang dikelola dengan baik oleh pemerintah disamping pengelolaan swasta yang memiliki pola yang bervariasi.

1.3 Deskripsi Ringkas Bab I sampai VII


1.3.1 Bab I Asas-Asas Pendidikan

Pandangan bahwa pendidikan merupakan gejala kebudayaan didasarkan pada hal-hal berikut :

a. Manusia Adalah Makhluk Budaya

Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga yang merupakan perbedaan antara manusia dan hewan dengan adanya budaya dan pendidikan. Sifat dunia hewan statis, dimana instink dan dan reflek sebagai pembatas (misalnya lingkungan air, udara dan tanah). Kehidupan tersendiri bagi hewan tersebut. Sifat dunia manusia terbuka, dimana manusia memberi arti bagi dunianya (secara kongkrit).

b. Perkembangan Pendidikan Sejajar Dengan Perkembangan Budaya

Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan (pendidikan bersifat reflektif). Pendidikan juga bersifat progresif, yaitu selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan formal dan informal (sengaja diadakan atau tidak). Perbedaan kebudayaan menjadi cermin bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan pendidikan pengajaran sekaligus menjadi cermin tingkat pendidikan dan kebudayaan.

c. Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal Sama Derajatnya dan Harus Ada Kesejajaran Tujuan

Pendidikan informal lebih dahulu ada dari pada pendidikan formal (education dan schooling), pendidikan informal merupakan unsur mutlak kebudayaan untuk semua tingkat kebudayaan yang muncul karena adanya pembagian kerja. Pada dasarnya keduanya disengaja dan gejala kebudayaan, pemisahan keduanya tidak berguna. Tugas kebudayaan bukan memonopoli lembaga pendidikan formal, tetapi kebersamaan warga dan negara karena segala unsur kebudayaan bernilai pendidikan baik direncanakan atau tidak.

1.3.2 Bab II Masalah Kebudayaan

a. Beberapa Definisi Kebudayaan

1. Edward B. Taylor

Segala sesuatu pada kebudayaan tidak dimiliki manusia sebagai manusia , tetapi harus diperoleh lewat kerja manusia. Manusia bisa menjadi manusia bila mendukuki posisinya, yaitu dengan cara pendidikan.

2. Freeman Budds

Budaya membimbing segala sesuatu tindak laku manusia. Menurut Taylor dan buds agama termasuk budaya dan budaya lebih luas dari agama, agama merupakan hasil kebudayaan dan budaya merupakan ciptaan manusia. Dari sini penulis menyatakan jika agama buatan manusia maka agama bisa benar dan salah. Jika tidak benar budaya hasil buatan manusia, maka segala ajaran dapat dibenarkan manusia dengan akalnya. Kebenaran agama tidak selamanya dapat dijangkau oleh rasio manusia. Jika dilihat dari konteks 2 pendapat di atas tentu keduanya bukan orang-orang agamis. Agama merupakan suatu yang lebih luhur dan suci kebudayaan.

Dari 2 pendapat di atas penulis menyimpulkan hal-hal berikut :

  • Kebudayaan merupakan sesuatu yang melingkupi segala aspek kehidupan manusia

  • Kebudayaan tidak dimiliki manusia sejak lahir

  • Nilai norma dan kebudayaan menjadi nilai norma hidup

  • Isi pendidikan ditentukan isi materi kebudayaan dan tujuan pendidikan

  • Pendidikan, pengajaran dan kebudayaan merupakan suatu integrasi lengkap

  • Pengajaran merupakan suatu alat pendidikan dan pendidikan merupakan unsur kebudayaan

  • Kebudayaan bersifat edukatif


3. Ki Hajar Dewantara

Kebudayaan adalah buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan terhadap 2 pengaruh yang kuat, yaitu alam dan zaman yang merupakan kebutuhan hidup manusia untuk mengatasi tantangan hidup dan kehidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang bersifat tertib dan damai. Beliau mengingatkan bahwa kebudayaan merupakan kemurahan Tuhan. Menurutnya hubungan Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah kkeduanya merupakan usaha kebudayaan semata-mata dimana perguruan merupakan taman persemaian kebudayaan bagi suatu bangsa. Sedangkan pendidikan menurutnya merupakan upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti yang terintegrasi (batin, inteligensi dan tubuh) untuk memajukan kesempurnaan hidup selaras alam dan masyarakat. Selanjutnya Pendidikan Nasional dinyatakan sebagai pandangan beralas garis hidup bangsanya dan ditujukan untuk keperluan peri kehidupannya yang mengangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja sama dengan bangsa lain untuk kemuliaan seluruh dunia.

Dari sini Ki Hajar Dewantara mewujudkan pendidikan formal dalam bentuk taman siswa dengan karakteristik :

  • Asas Dasar : Panca Dharma (Kebangsaan, Kebudayaan, Kemanusiaan, Kodrat Alam dan Kemerdekaan)

  • Bentuk : Asrama Padepokan (Pondok)

  • Sifat : Kekeluargaan

  • Isi Materi : Kebudayaan Nasional

  • Sistem : Sistem Among


b. Hubungan Antara Kebudayaan dan Agama

Terdapat 2 pandangan terhadap masalah apakah agama merupakan hasil kebudayaan atau sebaliknya kebudayaan merupakan hasil buah budi manusia yang diilhami oleh tuntunan agama. Pertama pendapat yang menyatakan bahwa kebudayaan adalah sumber agama dan karena itu agama adalah unsur kebudayaan, hal ini tidak berarti jika kita menyatakan kebudayaan Hindu, kebudayaan Islam dan lainnya. Hal ini akan mengarah pada penolakan terhadap jasa agama serta lembaga agama sebagai sumber perkembangan kebudayaan masa lalu dan sekarang. Pandangan tersebut juga tidak mengakui hakekat esensial agama yang terletak pada unsur wahyu yang dibawa nabi dan rasul dari Tuhan. Kebenaran pandangan tersebut mungkin terletak pada kebudayaan adalah hasil buah budi manusia termasuk didalamnya nabi dan rasul penerima wahyu dari Tuhan. Penulis menyatakan bahwa dalam waktu dekat akan unggul dari paham atheis dan komunis ditinjau dari jumlah secara realistis dan objektif.

c. Kebudayaan, Peradaban dan Tradisi

Penulis menyatakan bahwa kebudayaan, peradaban dan tradisi merupakan 3 istilah yang memiliki pengertian yang hampir sama, dimana perbedaannya hanya terletak pada penggunaannya, oleh siapa dan dalam bidang apa istilah tersebut digunakan. Peradapan sering digunakan dalam bidang antropologi sebagai kebudayaan yang telah mengalami perkembangan dan dimasukkan ke dalam kebudayaan modern (misalnya primitive culture bukan primitif civilization). Tradisi sering digunakan oleh ahli sejarah dan kebudayaan merupakan istilah umum dalam ilmu sosial dan berlaku umum untuk semua tingkat kebudayaan. Ki Hajar Dewantara menamakan tradisi kebudayaan bangsa Indonesia sebagai "Achief Nationale" yang menyimpan kekayaan batin bangsa.

1.3.3 Bab III Segi-Segi Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan

Yang dimaksud dengan segi-segi atau aspek-aspek pendidikan adalah rah tujuan atau sasaran yang diperhatikan dan dibina serta dijadikan pedoman dalam pelaksanaan segala aktivitas yang bersifat pendidikan yang sesuai dengan pandangan di atas.

Ada 10 segi pendidikan yang urutannya dapat diubah namun tidak dapat dikurangi untuk sesuai dengan kondisi dan situasi dimana pelaksanaan pendidikan akan dilaksanakan. Pemisahan salah satu dari kesepuluh tersebut tidak mungkin dan tidak dibenarkan tetapi hanya dibenarkan perbedaan dalam penekanan.

1. Pendidikan adalah pembinaan tingkah laku perbuatan

Pendidikan merupakan proses pembinaan tingkah laku perbuatan agar anak belajar berpikir, berperasaan dan bertindak lebih sempurna dan baik dari pada sebelumnya. Untuk tujuan tersebut maka pendidikan diarahkan pada seluruh aspek pribadi meliputi jasmani, mental kerohanian dan moral. Sehingga akan tumbuh kesadaran pribadi dan bertanggung jawab akibat tingkat perbuatannya.

2. Pendidikan adalah pendidikan diri pribadi

Lembaga pendidikan bertujuan mengembangkan diri dan selalu menggunakan daya kemampuan inisiatif dan aktivitasnya sesuai kata hatinya. Sehingga anak berkesempatan untuk belajar memikul tanggung jawab bagi kelangusngan pendidikan dan perkembangan pribadinya. Hal ini sesuai pernyataan Tagore bahwa pendidikan sebenarnya pendidikan diri sendiri atau diri pribadi (self education).

3. Pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga

Tugas pendidikan adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh lembaga atau badan pendidikan yang diakui dan diberi hak hidup serta dilindungi undang-undang. Dengan demikian disamping lembaga pendidikan sekolah (sebagai perantara, pemersatu serta mempertinggi usaha pendidikan) maka keluarga masyarakat juga menerima tugas kewajiban untuk mendidik manusia yang menjadi anggotanya.

4. Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian

Pendidik dan lembaga pendidikan harus mengakui kepribadian dan menggalang adanya kesatuan segala aspek kebudayaan, di sini manusia membutuhkan latihan dalam menggunakan kecerdasanya dan saling pengertian. Aspek-aspek kehidupan telah dirumuskan oleh Edward Springer sebagai :

Aspek intelek menghasilkan manusia teoretis, sosisal manusia pengabdi, estetis manusia seni, politik manusia kuasa, agama manusia kuasa dan ekonomi manusia manusia untung serta sebagai tambahan oleh Prof. A. Sigit aspek keluarga menjadikan manusia cinta kasih.

5. Pendidikan berlangsung sepanjang hidup (Life Proses)

Menurut Langeveld kewibawaan penting dalam pendidikan sehingga proses pendidikan dibatasi pada proses pendidikan dari mulai anak mulai mengerti dan mengakui kewibawaan samapai anak tunduk pada kewibawaannya sendiri yang bersumber dari kata hatinya.

6. Pendidikan adalah persiapan penyesuaian yang intelligent terhadap perubahan sosial

Sifat pendidikan reflektif dan progresif harus meneruskan nilai kebudayaan dan mengantarkan anak didik pada alam kedewasaan serta membimbing ke arah kerja membangun masa depan. Untuk itu pendidik harus mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan turut serta dalam masyarakat.

7. Pendidikan harus mengabdi seluruh massa rakyat

Menurut sejarah perkembangannya, pendidikan mengalami 2 macam perkembangan, yaitu (1) pendidikan sebagai pengabdi kelas/golongan masyarakat, diperuntukkan untuk kepentingan sebgaian kecil masyarakat misalnya kolonial Belanda dan (2) pengabdi massa/segala lapisan masyarakat, diperuntukkan untuk demokrasi masyarakat tanpa beda kelas.

8. Pendidikan harus diarahkan kepembinaan cita-cita hidup yang luhur

Bila pendidikan dimasukkan ke dalam tingkah laku perbuatan manusia maka pendidikan harus menyesuaikan diri dengan tujuan hidup manusia, selanjutnya tujuan hidup tersebut ditentukan oleh filsafat hidup yang dianut seseorang, maka tujuan pendidikan manusia harus bersumber pada filsafat hidup individu yang melaksanakan pendidikan. Tujuan pendidikan manusia tidak dapat terlepas dari tujuan hidup manusia yang didasarkan pada filsafat hidup tertentu.

9. Pendidikan Jiwa Nasionalisme seimbang dengan jiwa internasionalisme

Pendidikan adalah pembinaan jiwa Nasionalisme yang sehat dan wajar, tidak menjurus Chauvinisme atau Internasionalisme yang melenyapkan jiwa Nasionalisme. Adanya masalah dan perbedaan paham-paham tersebut disebabkan 3 hal, yaitu : tetap adanya perang, adanya efek relatif kebahagian bangsa tertentu namun kesengsaraan bagi bangsa lainnya dan rasa kebersamaan pada bangsa-bangsa yang tertindas.

Pendidikan bertujuan mengusahakan perdamaian dan kesejahteraan dunia dan manusianya, untuk itu usaha-usaha yang mengarah ke sana adalah : pembinaan jiwa yang saling kerjasama antar bangsa, penghilangan nasionalisme yang sempit, peniadaan doktrin superioritas dan inferioritas ras, pengembangan sikap positif atas kerja sama, pembinaan politik luar negeri dalam prinsip konsultasi dan kooperatif, peningkatan taraf mental pendidikan manusia serta pembinaan penghormatan tata hidup yang berasaskan demokrasi individu, masyarakat dan anatar bangsa.

Hasil dari pembinaan di atas akan mewujudkan 3 kemungkinan, yaitu :

(1) Komunisme Internasional, dengan bentuk terpimpin oleh negara super disikuti negara satelit

(2) Organisasi Internasional, dengan peniadaan negara super dimana tata hubungan belandaskan prinsip demokrasi

(3) Kerjasama Regional, bentuk kerjasama dalam wilayah dan tujuan tertentu.

10. Pendidikan agama unsur mutlak dalam pembinaan karakteristik dan bangsa

Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa agama merupakan unsur mutlak dan sumber dari kebudayaan, untuk itu pendidikan agama agar tidak diarahkan pada intelektualistis-verbalistis, sehingga menjadikan pendidikan agama sebagai dasar tata kehidupan manusia, pribadi, di sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan agama tidak sama dengan etika, namun pendidikan pekerti tidak dapat dilepaskan dari agama sehingga dapat dikatakan kesusilaan yang diagamakan. Sehingga dihasilkan manusia berbudi luhur, sehat, berpikiran bebas, perpengetahuan luas dan berjiwa ikhlas.

1.3.4 Bab IV Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan Normatif

Maksudnya adalah bahwa pendidikan membawa pengkuan atas kenyataan berikut :

1. Adanya norma tertentu dalam bertindak bagi manusia.

2. Tugas pendidikan sebagai penanam suatu norma tertentu sesuai dasar flsafat

3. Ilmu pendidikan harus berhubungan erat dengan ilmu filsafat pendidikan

4. Ilmu pendidikan menurut sejarahnya tidak dapat dipisahkan dari ilmu filsafat

5. Persoalan dan tujuan pendidikan merupakan persoalan normatif sesuai filsafat pendidikan tertentu

6. Bila manusia memiliki filsafat pendidikan tertentu maka setiap pendidik harus memiliki filsafat tertentu pula.

1.3.5 Bab V Dasar dan Ajar

Istilah dasar dan ajar dikemukaakn oleh Ki Hajar Dewantara disamaakn dengan istilah bakat dan lingkungan, dan selalu menjadi pemikiran para cendekiawan pendidikan. Dalam kepustakaan pendidikan dikenal 3 macam pandangan, yaitu :

a. Nativisme dan naturalisme,

Aliran ini menekankan pada bakafaktor bakat, dasar faktor endogen atau phenotipe dalam pendidikan. Manusia telah memiliki bakat asli murni (nativisme) dan bersifat kodrat (naturalis) yang berkembang wajar dan teratur. Usaha apapun dari luar dianggap tidak berguna, pada aliran ini usaha pendidik disikapi secara pesimistis. Tokoh aliran ini adalah Arthur Schopenhauer (Jerman).

b. Empirisme/Environmentalisme

Paham ini dikenal dengan teori tabula ras John Locke, dengan pandangan bahwa jiwa anak bagaikan meja lilin putih kosong tergantung efek luar yang yang mempengaruhinya. Dalam pandangan ini pendidikan maha kuas dan sebagai penentu dimana pendidik dan pendidikan memiliki nilai positif terhadap perkembangan manusia.

c. Konvergensi Williem Stern

Aliran ini mengusahakan adanya perpaduan kedua aliran di atas, di sini dibahas tentang hubungan antara faktor bakat dan pendidikan sebagai satu tujuan. Menurut paham ini bakat sejak lahir merupakan kemungkinan (potensial) dan dengan proses pendidikan dan pengajaran dapat direalisasikan sehingga tercapai pribadi yang ideal yang merupakan manusia teladan.

d. Problematika Tentang Dasar dan Ajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat dan sikap kepribadian yang sekana ini dianggap sebagai berdasar faktor bakat biologis ternyata merupakan bersifat akibat dari kenyatan kondisi dan tradisi kehidupan masyarakat yang bersifat sosiologis.

a. Dasar Keharusan Kemungkinan Pendidikan

1. Keharusan pendidikan ditinjau dari sudut anak didik

v Jika pendidikan tidak diperlukan berarti manusia telah dewasa sejak lahir

v Jika pendidikan tidak diperlukan berarti manusia sama dengan binatang

v Jika pendidikan tidak diperlukan berarti meniadakan kenyataan manusia sebagai makhluk sosial

2. Keharusan pendidikan dan orang dewasa

Orang dewasa harus mampu melaksanakan usaha pendidikan, hal ini didasarkan atas :

v Manusia adalah makhluk sosial, yaitu saling menyempurnakan dan mendidik

v Orang dewasa dibekali kemampuan memikul tnaggung jawab pendidikan

v Sebagai makhluk budaya manusia memiliki cita-cita

Usaha yang bernilai pendidikan harus mungkin dan dapat dilaksanakan.

1.3.6. Bab VI Faktor-Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan adalah segala kondisi yang dapat memungkinkan dapat dilakukannya usaha kerja yang bersifat pendidikan. Minimal harus ada 5 faktor :

1. Cita-cita, dasar dan tujuan pendidikan

2. Pendidik

3. Anak didik

4. Lingkungan

5. Alat-alat pendidikan

Kelimanya jika digambarkan seperti bagan :

Kelimanya juga bisa dibandingkan dengan 5 sila Pancasila atau Rukun Islam. Masing-masing faktor berhubungan erat dan tak dapat dipisahkan, misalnya alat-alat pendidikan akan digunakan dengan tujuan apa atau siapa yang menggunakan alat tersebut.

a. Faktor Cita-Cita Dasar Tujuan

Tujuan pendidikan umum, tujuan sempurna, dan mutakhir bergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu yang memberi patokan mengenai tugas hidup manusia dalam hal ini filsafat hidup Pancasila menentukan dan menjadi dasar tujuan pendidikan dan pengajaran Pancasila. Ada 4 hal penting diungkapkan Lottich dan Wilds :

1. Filsafat hidup bisa berubah oleh lingkungan (sosial, politik dan ekonomis)

2. Perubahan filsafat hidup mengubah kebutuhan pendidikan manusia

3. Perubahan kebutuhan pendidikan mengubah konsepsi pendidikan

4. Perubahan konsepsi pendidikan mengubah isi materi, kurikulum serta metode pengajaran yang ada.

Kesalahan yang mungkin dalam pendidikan adalah berupa teknis pelaksanaan dan ideologis cita dan pandangan. Kesalah kedua ini merupakan hal yang lebih berat dan dalam karena berkaitan dengan cita-cita dan tujuan pendidikan itu sendiri. Dari hal di atas disimpulkan hal-hal berikut :

1. manusia harus memiliki cita-cita, dasar serta tujuan hidup tertentu

2. cita-cita, dasar serta tujuan pendidikan manusia tergantung pada kebudayaannya

3. perubahan dalam konsepsi pendidikan akan mengakibatkan perubahan tentang pendidikan

4. diperlukan filsafat tertentu bagi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan

5. lingkungan merupakan kondisi untuk kemungkinan terlaksananya kerja pendidikan

b. Jenis-Jenis Tujuan Pendidikan

Langeveld membagi tujuan pendidikan menurut jensinya dalam 6 macam, yaitu :

1. Tujuan Umum-Sempurna-Mutakhir, menjiwai segala prilaku pendidik dalan setiap situasi dan kondisi

2. Tujuan Insidental-Momental-Mewaktu, suatu tujuan pendidikan yang akan dicapai dengan menggunakan peristiwa yang bersifat insidentil. Misalnya pada hari-hari besar negara (Hari Nasional)

3. Tujuan Sementara, yaitu tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak menuju ke kedewasaanya. Jika anak berumur 18/19 tahun belum dapat menyelesaikan SLTA maka terlambat perkembangannya.

4. Tujuan Yang Bekum Sempurna, yaitu pencapaian sebagian dari tujuan sempurna. Misalnya pengabdian sarjan yang belum mau mengabdikan ilmunya pada negaranya sendiri, tetapi sebaliknya ke luar negeri.

5. Pengkhususan Tujuan Umum dan Sempurna, yaitu pengkhususan yang dibuat atas dasar : keragaman bakat, keadaan keluarga dan lingkungan, kesanggupan pendidik, tugas pendidikan tertentu (pesantren), serta cita-cita bangsa.

6. Tujuan Intermidier/Perantara, tujuan yang merupakan alat untuk mencapai tujuan lainnya. Misalnya pembelajaran bahasa Arab atau Inggris untuk mampu membaca kitab kuning/text book.

c. Faktor Pendidik

Yang termasuk ke dalam pengertian pendidik adalah ornag dewas, orang tua, guru/pendidik, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Khusus untuk guruharus memenuhi persyaratan pribadi dan jabatan (profesi).

d. Anak Didik

Langeveld menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan anak didik, yaitu :

1. Sifat hakekat anak didik, masih bergantung, kekanakan serta perlu bimbingan.

2. Sifat Hakekat manusia dalam pendidikan, individualitas anak didik, moralitas dan sosialitas yang mengarahkan manusia bisa dididik.

3. Sifat hakekat manusia Pancasila, sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia maka manusia Pancasila harus memeuhi aspek-aspek individualitas, moralitas, nasionalis, serta makhluk religius.

e. Faktor Lingkungan

Pendidikan merupakan gejala kebudayaan, berarti lingkungan pendidikan meliputi lingkungan kebudayaan. Beberapa aspek lingkungan kebudayaan diantaranya kultur ideologis, sosial politis, sosisal antropologis, sosial ekonomis, dan klimato Geografis.

Ditinjau hubungannya dengan manusia, yaitu kemampuan manusia berinteraksi dengan lingkungannya, maka lingkungan tersebut dibagi atas lingkungan yang dapat diubah, yang dapat diubah dan dipengharuhi serta lingkungan sadar dan sengaja dilakukan. Terdapat kemungkinan lingkungan yang ketiga, yaitu lingkungan bersifat pribadi dan kebendaan.

f. Alat-Alat Pendidikan

Alat-alat pendidikan dibedakan atas (1) alat pendidikan, (2) alat pengajaran, (3) tindakan berdasarkan tindakan kewibawaan dan (4) Hukuman sebagai alat pendidikan. Menurut Langeveld hukuman adalah suatu perbuatan dimana kita dengan sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa pada seseorang. Pemberian hukuman ini harus memperhatikan definisi hukuman itu sendiri, unsur susila, tinjauan penderitaan, Asas-asas dalam pemberian tindakan hukuman, disiplin pribadi.

1.3.7 Bab VII Pusat Badan/Lembaga Pendidikan

Alasan perlunya badan/lembaga sosial sebagai badan pendidikan adalah :

1. pendidikan adalah gejala kebudayaan

2. pandangan tentang kehidupan masyarakat pluralistis

3. pengakuan bahwa manusia adalah makhluk sosial

4. pandangan bahwa pendidikan sekolah sebagai pengabdi masyarakat

5. pengakuan akan adanya perbedaan antara pendidikan formal dan informal

Ki Hajar Dewantara menyatakan pembagian dengan menamakannya sebagai tri pusat, yaitu pusat keluarga, pusat sekolah dan pusat masyarakat. Oleh Langeveld dipertegas lagi menjadi keluarga, gereja, dan negara.

a. Pusat Keluarga

Fungsi tugas pendidikan keluarga : pendidikan budi pekerti, pendidikan sosial, pendidikan kewarganegaraan, pembentukan kebiasaan dan pendidikan intelek.

b. Sekolah Sebagai Pusat Pendidkan

Dasar didirikannya sekolah : perkembangan kebudayaan, perlu proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya perbedaan istilah formal (sekolah) dan informal di rumah, serta adanya perkembnangan ilmu dan teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi kerja.

Fungsi dan tugas pendidikan di sekolah : menjalankan program pengajaran dan pendidikan, yaitu melatih inteligensi manusia dengan pengetahuan. Sekolah merupakan lembaga persiapan dan tempat beratih pendidikan di masyarakat, sehingga sekolah perlu menyesuaikan diri terhadap kepentingan dan kemajuan masyarakat.

Dasar didirikannya sekolah : perkembangan kebudayaan, perlu proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya perbedaan istilah formal (sekolah) dan informal di rumah, serta adanya perkembnangan ilmu dan teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi kerja.

c. Pusat Pendidikan Masyarakat

Oleh Ki Hajar Dewantara pusat pendidikan ini disebut dengan alam pemuda perkembangan kebudayaan, perlu proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya perbedaan istilah formal (sekolah) dan informal di rumah, serta adanya perkembnangan ilmu dan teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi kerja.

d. Pusat Pendidikan Keagamaan

Dasar keharusan pondok/gereja dalam menyelenggarakan pendidika adalah :

1. agama diakui bangsa dan negara sebagai unsur mutlak

2. pemisahan agama/gerja tidak diakui negara

3. tata kehidupan masyarakat pluralistik diakui bangsa dan negara

4. sebagian keluarga tidak mampu melaksanakan tugas pendidikan

5. agama merupakan unsur mutlak kebudayaan

e. Negara Sebagai Pusat Pendidikan

1. Negara sebagai pusat pendidikan, hal tersebut berdasarkan pada kenyataan :

v pengakuan atas manusia sebagai makhluk sosial

v timbulnya semangat nasionalisme yang menghendaki pendidikan sebagai mediapembinana kesadaran jiwa nasionalisme

v timbulnya pandangan negara sejahtera (egara melindungi hak warganya)

v terbatasnya pusat lembaga swasta yang beragam dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran baik kulitatif maupun kuantitatif

Semuanya terbatas pada kemampuan negara serta norma tata kehidupan masyarakat dan negara.

2. Pendidikan negara demokratik, tujuan pendidikan warga negara diarahkan kebeberapa segi :

v Menanamkan jiwa dan mental

v Menanamkan kesadaran mental dan jiwa bernegara

v Penanaman sifat dan sikap kepribadian atas dasar demokratis

v Menanamkan sifat dan sikap nasionalisme yang positif

v Pendidikan warga negara tidak berarti pendidikan politik


BAB II PEMBAHASAN


2.1. Analisis


Permasalahan pendidikan selalu di dasarkan pada filsafat pendidikan itu sendiri. Dalam buku ini penulis telah memaparkan pandangan-pandangan para filosof barat dalam memulai penulisan bukunya, hal ini terlihat dari tokoh kebudayaan yang tampaknya hanya melihat dari sisi pemikiran barat saja. Namun begitu penuangan pendapat Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh kebudayaan dan pendidikan merupakan pembanding bagi pendapat-pendapat sebelumnya, yaitu Taylor dan Butts. Penulis tidak memperinci bahkan menyinggung filsafat ketimuran yang lain, misalnya filsafat pendidikan islam.

Penulis memaparkan hubungan agama dan budaya dalam konteks nasional yang disertai dengan contoh-contoh pendidikan keagamaan, misalnya Islam dan Kristen. Perbandingan yang dibuat penulis terhadap beberapa filosof di atas masih sedikit, memang sebagian besar penulis buku mengambil referensi tentang pendidikan dan kebudayaan barat, padahal dapat dilihat bahwa banyak tokoh-tokoh lainnya. Pada inti buku ini penulis memuat pentingnya nasionalisme serta memaparkan paham-paham ideologi lain diantaranya Marxisme dan Komunisme. Yang lebih menarik penulis telah memprediksi bahwa paham-paham yang mengakui atau bersifat religius akan terus mampu bertahan ketimbang paham atheis, hal ini dapat disaksikan Kenyataan yang terjadi sekarang.

Arah pendidikan yang selalu membesarkan nasionalisme sebenarnya membuat pengotakan-pengotakan tersendiri, padahal dapat dilihat sekarang bahwa pendidikan melalui media internet telah menembus tapal batas seluruh negara, bahkan menurut Tung (2001) pendidikan mendatang akan mengarah pada Cyber University. Sebagian besar pakar menyatakan bahwa abad ini merupakan abad kebangkitan Islam, Islam sendiri tidak mengenal batas-batas negara dalam penyebarannya, dimana diketahui bahwa ajaran Islam memuat segala aspek termasuk pendidikan dan kebudayaan.

2.2. Komentar


Buku ini memuat aspek pendidikan dan kebudayaan. Pemaparan isi yang telah dibuat penulis cukup baik, namun konteks perubahan yang terjadi sekarang, semisal pendidikan dan pengajaran lewat virtual university (cyber university) tampaknya masih jauh terlintas dalam pemikiran penulis. Sebagai asas dalam mempelajari keterkaitan budaya dalam pendidikan, maka buku ini dapat dijadikan salah satu referensi yang berguna bagi kalangan pendidikan.

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan


Penulis memaparkan hubungan budaya dan pendidikan, termasuk pembahasan posisi agama dalam kebudayaan dan pendidikan serta pengajaran. Buku ini memuat Asas-Asas Pendidikan yang menjelaskan keberadaan manusia sebagai makhluk budaya berbeda dengan hewan, menerangkan sejajarnya perkembangan pendidikan dan kebudayaan serta kesetaraan pendidikan formal dan informal yang harus disikapi dengan seimbang. Penulis memaparkan beberapa definisi kebudayaan dari para tokoh, yaitu Taylor, Butts dan Ki Hajar Dewantara. Penulis juga memaparkan hubungan budaya dan agama serta perbedaan kebudayaan dan tradisi.

Aspek-aspek pendidikan merupakan gejala kebudayaan, ini dinyatakan dengan definisi pendidikan sebagai tingkah laku sampai pembentukan jiwa nasionalisme pada manusia. Pendidikan bersifat normatif dengan memperhatikan dasar dan ajar. Untuk proses pendidikan itu sendiri harus memperhatikan 5 faktor-faktor dalam pendidikan yang saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Untuk mewujudkannya diperlukan badan atau lembaga pendidikan yang dikelola dengan baik oleh pemerintah disamping pengelolaan oleh swasta yang mungkin memiliki pola yang bervariasi.

3.2. Implikasi


Dalam merealisasikan pendidikan pada era otonomi daerah sekarang ini, sewajarnya pendidikan yang dilaksanakan memperhatikan aspek budaya, misalnya konsep life skill dalam pendidikan untuk peningkatan keterampilan siswa setelah menamatkan jenjang pendidikannya. Pendekatan budaya merupakan cara tepat dalam membina moralitas pendidikan bangsa yang mulai ambruk, hal ini karena budaya memuat berbagai aspek, seperti agama, etika dan lingkungan.

3.3. Saran


Sebaiknya pendidikan yang dilaksanakan disesuaikan dengan budaya setempat. Budaya Indonesia yang bervariasi dapat dijadikan sumber masukan untuk menopang budaya nasional. Buku ini dapat dijadikan rujukan dalam mempelajari hubungan budaya dan pendidikan serta pengajaran.

DAFTAR PUSTAKA


Saifullah, Ali. (1982). Pendidikan-Pengajaran dan Kebudayaan : Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan, Surabaya : Usaha Nasional.


Tung, Khoe Yao., (2001). Pendidikan dan Riset di Internet, Dinastindo, Jakarta.


Tim Perumus FT UMJ, (1998). Islam dan IPTEK, Jilid I, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Senin, 24 November 2008

Separation Anxiety

Bagi yang sering ke luar kota (commuter), mungkin artikel ini sangat bermanfaat, terutama bagi yang memiliki anak balita. Salam... 

Separation Anxiety

Jangan Dianggap Sepele


TAWARAN untuk segera mengisi posisi kepala cabang perusahaan ritel di daerah di Kalimantan justru membuat Fauzan murung. Pria 31 tahun, warga Kota Bandung, ini merasa waktunya tak tepat. Sebab ia bersama sang istri sedang membangun kedekatan intensif dengan Shasha, putri pertama mereka yang berumur dua tahun.

DI satu sisi, Fauzan ingin meningkatkan karier. Tapi khawatir kalau terlalu lama tinggal berjauhan, hubungan dengan anaknya yang sedang ia bina pasti terganggu. Ia yakin mengasuh batita mengandalkan single parents tak bisa mencapai hasil optimal.

"Belum lama ada teman curhat, anaknya yang masih empat tahun nggak mau lagi dipeluk seperti dua tahun lalu sebelum ia dapat tugas ke luar kota. Kalau diajak jalan-jalan anaknya cuma mau dekat sama ibunya," ungkap Fauzan.

Dilema seperti itu cukup sering dialami orangtua yang harus berpisah sementara berbulan-bulan hingga tahunan. Baik untuk tugas ke luar kota, melanjutkan studi atau bekerja di luar negeri, atau ketika melaksanakan ibadah haji.

"Kalau ayahnya pulang dari Jepang dua tahun sekali, Raka mulai cari-cari perhatian. Dia jadi cengeng, malas sekolah, disiplinnya menurun, dan nggak mandiri seperti hari-hari biasanya," ungkap Ny Patricia.

Istri pilot sebuah maskapai penerbangan Jepang ini mengaku sempat kewalahan meski dalam mengasuh Raka yang kini berusia lima tahun, Ny Patricia sering dibantu orangtua dan mertua.

Para ahli jiwa mengungkap, hingga usia anak tiga tahun faktor kedekatan orangtua dan anak menjadi begitu penting. Secara psikologis batita merasa begitu kehilangan ditinggal orangtuanya meski cuma sementara.

Kebanyakan batita belum bisa memahami dengan baik alasan kepergian orangtua. Pada beberapa kasus rasa kehilangan ditinggalkan orangtua bahkan bisa mengakibatkan trauma yang dampaknya akan dirasakan si kecil dalam waktu yang lama.

Dr Ika Widyawati SpKJ dari Bagian Psikiatri FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, mengungkap berpisah dari orangtua (separation anxiety) merupakan satu dari sembilan bentuk ketakutan yang wajar terjadi pada anak.

Bentuk ketakutan lain pada anak-anak yaitu, takut masuk sekolah, takut orang asing, takut dokter, takut hantu, takut gelap, takut berenang, takut serangga, dan takut anjing.

"Masing-masing rasa takut berbeda penyebab dan berbeda pula cara penangannya. Takut berpisah terutama terjadi pada anak batita. Sebab pada masa itu dalam benak si kecil, orangtua merupakan figur pelindung," jelas Ika Widyawati.

Orang tua perlu sabar menjelaskan dengan bahasa yang dimengerti anak, bahwa pada waktu-waktu tertentu orangtua harus berpisah. Misalnya untuk bekerja atau pergi ke luar rumah dalam waktu  relatif lama. Ada baiknya orangtua menyisipkan pemahaman tentang konsep waktu kepada anak. (ricky reynald yulman)

Kendala Perbedaan Pola Asuh

SEBAGIAN orangtua yang dengan berbagai alasan terpaksa harus berpisah dengan anak-anak mereka, biasanya mempercayakan pengasuhan si kecil kepada orang lain. Tingkatannya mulai dari kakek-nenek, saudara kandung orangtua, kerabat dekat, hingga membayar pengasuh anak profesional.

Namun perlu dipahami, tak selamanya pola asuh yang dibuat orangtua bisa dilakukan figur pengganti tadi. Contoh kecil dialami Ny Wanda (26) dan suaminya yang ingin mengajarkan Wawa (3), anak pertama mereka, untuk berusaha dan bersabar jika menginginkan sesuatu.

"Ternyata waktu aku dan suami lagi di kantor, neneknya selalu menuruti apa yang Wawa mau. Mau eskrim, permen, mi instan, layangan, kembang api, dan lain-lain langsung dibeliin. Neneknya bilang buat nyenangin hati Wawa. Ya, aku nggak bisa apa-apa," sesal Ny Wanda.

Alma Nadhira, psikolog RS Fatmawati, Jakarta, mengungkap cukup banyak terjadi anak justru lebih dekat kepada figur pengganti ketimbang orangtuanya sendiri. "Dengan kata lain, kedekatan anak berpindah pada orang yang memberinya perhatian dan kasih sayang selama anak ditinggalkan orangtuanya," jelasnya.

Upaya mengatasi kendala perbedaan pola asuh sebenarnya bisa diminimalisasi lewat kerjasama yang baik antara orangtua anak dengan pengasuhnya. Melalui situs tabloid-nakita.com Alma memberi catatan bahwa figur pengganti harus berperan sebagai jembatan untuk menjaga hubungan baik anak dan orangtua.

"Bukan malah menjauhkan apalagi menguasai anak sepenuhnya. Setidaknya, bolehkan anak menghubungi orangtuanya dengan alat komunikasi sambil memperlihatkan foto-foto, atau hal lainnya untuk menenangkan perasaan si anak. Pendek kata, figur pengganti ini harus bersikap kooperatif," tegas Alma Nadhira.

Jangan Lakukan Mendadak

UPAYA meminimalisasi kesenjangan pola asuh anak akibat perpisahan sementara dengan orangtua, tak cuma tertuju pada anak. Orangtua dan orang-orang yang akan menjadi figur pengganti juga perlu menyiapkan beberapa hal penting. Di antaranya :

  • Sedapat mungkin tidak melakukan perpisahan secara mendadak. Bila perlu, kondisikan sejak tiga bulan sebelumnya. Misalnya mendekatkan anak dengan figur pengganti.

  • Jelaskan dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti anakanak, alasan orangtua meninggalkan mereka. Terangkan juga tentang figur pengganti yang akan mendampingi anak.

  • Memberi akses seluas-luasnya kepada anak untuk tetap bisa berkomunikasi dengan orangtua. Melalui telepon, internet, atau melalui media lainnya.

  • Bila memungkinkan di waktu libur sekolah ajak anak-anak pergi ke tempat tinggal sementara orangtua.

  • Selalu membesarkan hati anak melalui perhatian dan mendengar  kegalauan hatinya.

  • Bila ternyata anak mengalami tekanan berat segeralah konsultasi dengan psikolog.


Sumber: Tribun Jabar by Ricky Reynald Yulman

AYAT EKONOMI vs 99 ISTRI?

Masya Allah.... Pagi ini Sabtu Barokah.... Ketemu ayat-ayat berikut, jadi penasaran. Karena berfokus pada ayat ekonomi (Syariah)...