Sejak teori Big Bang dikembangkan, banyak ilmuwan yang mendukung dan menentangnya. Meskipun sampai saat ini teori kejadian alam semesta lebih cenderung pada Big Bang, namun sebagian ilmuwan mengungkapkan hal-hal yang belum terjawab oleh teori ini. Perbedaan-perbedaan muncul dari kalangan ilmuwan sendiri, filsuf dan dari kalangan agamawan.
Teori Big Bang, beberapa dekade dipercaya memberikan penjelasan paling masuk akal tentang kelahiran alam semesta sejak sekitar 14 miliar tahun lalu lewat dentuman besar entitas zat dan energi. Segera setelah ledakan pertama tersebut, semesta meluas dengan cepat, dalam sebuah fenomena yang disebut para astronom sebagai inflasi . Inflasi adalah proses di mana alam semesta mengembang 1030 kali dalam waktu 10-35 detik. Saat berusia sekitar 300.000 tahun, cahaya terbebas dari lautan partikel sub-atomik . Secara matematis inflasi alam semesta berbentuk persamaan differensial: t2dv2 – (dx2 + dy2 + dz2) = ds2. Proses perluasan semesta berlanjut dengan periode sangat singkat dan pendinginan sangat cepat, diikuti dengan ekpansi yang lebih tenang, disini awal ruang dan waktu terbentuk.
Menurut Steinhardt dan Turok dari University of Cambridge, Big Bang hanyalah salah satu bagian dari pembuatan semesta, tapi bukan pelopor dari kelahiran semesta. Ia hanya bagian kecil dari proses pembentukan semesta yang tidak memiliki awal dan akhir. Mereka juga menyatakan penentuan umur semesta, berasal dari Big Bang merupakan kesimpulan mengada-ada, sebaliknya penambahan dan penyusutan semesta terjadi secara terus-menerus, berlangsung dalam triliunan tahun. Teori waktu sebenarnya hanya transisi atau tahap evolusi dari fase sebelum semesta ada ke fase perluasan semesta yang ada saat ini . Pernyataan ini sebenarnya mengacu pada langgengnya alam semesta dan terus berevolusi.
Penulis kosmologi Marcus Chown Concedes mengakui, pembuktian model semesta memang rumit. Ia bahkan mengatakan sejarah semesta adalah sejarah kesalahan kita sebagai manusia. Membahas tentang kosmologi selalu mengarah pada pembahasan keberadaan tuhan yang melibatkan isu filosofi dan religius. Sebagian ilmuwan yang tidak menerima inflasi kosmologi yang berdasar pada Big Bang adalah Arthur Eddington, yang menyatakan secara filosofis, pendapat tentang permulaan yang tiba-tiba dari keteraturan alam sekarang bertentangan dengannya. Selain itu John Maddox, editor majalah Nature (1989) dalam bukunya Down with the Big Bang, menyatakan Big Bang tidak dapat diterima secara filosofis karena teori ini membantu teologis dalam mendukung gagasan-gagasannya. Ia juga meramalkan bahwa teori ini akan runtuh dan dukungannya akan menghilang dalam satu dekade.
Sejalan dengan ilmuwan di atas, Hawking dan Hartle dua fisikawan terkemuka menemukan fungsi gelombang alam semesta. Sebuah ekspresi matematis yang menunjukkan kemungkinan sebuah alam semesta muncul dari ketiadaan. Ekspresi ini menunjukkan ruang 3 dimensi S dan medan materi f dalam satu alam semesta tunggal, yang tercipta pada saat t = 10-43 detik, yang merupakan batas waktu Planck. Implikasi ekspresi ini adalah bahwa alam semesta muncul dari ketiadaan yang murni matematis. Salah satu tafsiran dari ekspresi ini adalah bahwa dunia lain ada, adanya alam semesta paralel, dan semesta tercipta secara atheistik (keberadaan Causa Prima = 0).
Hawking menambahkan bahwa sebelum inflasi alam semesta, harus ada waktu imajiner sebagai waktu sebelum awal terjadinya ledakan dan inflasi, karena jika sebelum ledakan tidak ada waktu, maka alam semesta muncul dari ketiadaan (diciptakan). Namun pernyataan Hawking ini dibantah oleh matematikawan Sir Herbert Dingle karena berbenturan antara solusi matematika dan korelasi fisiknya. Jika dilihat dari pernyataan di atas, pemikiran tentang asal alam semesta lebih cenderung pada pandangan materialisme dan atheisme.
Pandangan ini dibantah oleh Harun Yahya. Berdasarkan teori Big Bang, pada suatu saat, semua materi di alam semesta ini terpadatkan dalam massa satu titik yang mempunyai "volume nol" karena gaya gravitasinya yang sangat besar, dengan kata lain sesuatu yang mempunyai volume nol sama saja dengan mengatakan sesuatu itu "tidak ada". Dengan demikian seluruh alam semesta diciptakan dari "ketidakadaan" dan mempunyai permulaan. Ini berlawanan dengan pendapat materialisme, yang mengatakan bahwa "alam semesta sudah ada selamanya". Harun Yahya juga menyatakan bahwa adanya alam semesta paralel yang diajukan Hawking merupakan suatu hal yang mengada-ada. Selain Harun Yahya, para ilmuwan Fisika Matematika seperti Roger Penrose, menyatakan bahwa inflasi alam semesta tidak mungkin terjadi secara kebetulan, menurut perhitungan, kalaupun ada peluangnya hanya 1 banding 101230. Pernyataan ini diperkuat oleh Paul Davis yang menyatakan keseimbangan di saat inflasi sangat terjaga dan mencengangkan, ini tidak bisa dilakukan kecuali adanya desain kosmik yang sadar (pencipta).
Para ilmuwan terus berusaha mencari penjelasan yang masuk akal, meskipun memiliki konsekuensi adanya Causa Prima (pencipta) alam semesta, bahkan sampai pada masa inflasi kosmologi yang terjadi pada waktu < 10-34 s sebelum Big Bang sampai sekarang t = 1017 s. Pencarian ini tidak hanya melihat ke langit, namun juga diuji lewat fisika kuantum sub atomik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar