Mungkin tak salah kata pernyataan: "Siapa yang banyak omong, banyak salahnya, banyak salahnya maka banyak dosanya, banyak dosanya jadi neraka tempatnya". Ini mungkin bisa merem kita-kita untuk tidak terlalu jauh dalam chatting, apalagi sampai berbohong.
Sebuah penelitian baru mengungkapkan orang cenderung suka berbohong ketika berkomunikasi secara elektronik, seperti melakukan chatting.
Peneliti dari University of Massachusets Amherst melihat 110 pola yang sama ketika mahasiswa yang memiliki pasangan melakukan percakapan selam 15 menit, baik tatap muka atau video chat, menggunakan email atau menggunakan pesan instan, seperti chatting. Demikian seperti dikutip TG Daily, Kamis (17/11/2011).
Tim menemukan beberapa tingkat penipuan yang hadir pada tiga bentuk komunikasi tersebut. meskipun sebagai sesama manusia, namun penipuan ini meningkat secara signifikan ketika mengirim pesan teks dan khususnya email.
"Pada akhirnya, temuan kami menunjukan betapa mudahnya seseorang untuk berbohong ketika online. Pada umumnya penerima pesan cenderung menjadi pembohong ketika berkomunikasi secara online dibandingkan ketika mereka berinteraksi dengan cara tatap muka secara langsung," ungkap profesor Robert S. Feldman dan Mattityahu Zimbler, bagian dari penelitian ini.
Para peneliti juga menjelaskan orang yang melakukan komunikasi melalui media online secara psikologis dan jasmani memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk berbohong dalam proses komunikasinya.
Faktor lainnya adalah komunikasi melalui email memiliki komponen tambahan yang bersifat tidak berhubungan, dengan kata lain berbeda ketika seseorang melakukan percakapan dengan cara bertemu langsung.
"Penelitian ini menunjukan internet memungkinkan orang merasa lebih bebas, secara psikologis bisa melakukan kebohongan, setidaknya ketika mereka bertemu dengan orang baru," simpul keduanya.
Sumber: Techno.Okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar